Gedies Turatea

JePOoT Bisa TonJiEee

Kamis, 04 November 2010

RPP Rangka

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SISTEM GERAK PADA MANUSIA

SMA NEG 1 SUNGGUMIASA KAB.GOWA

LILIS ASRIANI / 071 404 010

JURURSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2010
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : IPA (Biologi)
Kelas/Semester : XI IPA1 / I
Pertemuan ke- : I - III
Alokasi Waktu : 5 x 40 menit (3 x pertemuan)
Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi
organ
manusia dan hewan tertentu,
kelainan penyakit yang
mungkinsalingtemas.
Kompetensi Dasar : 3.1 Menjelaskan keterkaitan antara
struktur,fungsi, dan proses,
serta kelainan/penyakit
yang dapat terjadi pada
sistem gerak pada manusia.
Indikator : 3.1.1. Menjelaskan fungsi tulang
berdasarkan struktur dan sifatnya.
3.1.2. Mendeskripsikan macam-macam tulang
Berdasarkan struktur dan sifatnya.
3.1.3. Menerangkan proses pembentukan tulang.
3.1.4. Mendeskripsikan struktur rangka manusia.
3.1.5. Mendeskripsikan macam macam
persendian pada manusia.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran siswa/peserta didik diharapkan mampu :
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan tulang
2. Mengelopokkan jenis-jenis tulang
3. Memahami mekanisme pembentukan tulang
4. Mengelompokkan bentuk-bentuk tulang
5. Memahami fungsi tulang/rangka
6. Membedakan antara rangka aksial dan apendikuler
7. Mengelompokkan hubungan antar tulang/sendi
8. Memahami kelainan pada tulang
9. Memahami gangguan pada tulang
10. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan otot
11. Mengelompokkan jenis otot
12. Menjelaskan sifat kerja otot
13. Menjelaskan mekanisme gerak otot
14. Memahami gangguan pada otot.
II. Materi Ajar
SISTEM GERAK MANUSIA
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsang baik dari dalam maupun dari luar. Gerak dapat berupa gerak sebagian dapat pula gerak seluuh tubuh seperti berpindah tempat.
a. TULANG
Tulang disebut alat gerak pasif karena digerakkan oleh otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peran penting karena gerak tidak akan terjadi pada tulang
Tulang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tulang rawan (kartilago) dan tulang (osteon). Tulang tersusun atas osteoblas : sel tulang muda yang membentuk osteosit, osteosit : sel-sel tulang dewasa, osteoprogenator : merupakan sel khusus, osteoklas : merupakan sel yang berkembang dari monosit dan terdapat disekitar permukaan tulang.

b. PEMBENTUKAN TULANG
Tulang terbentuk secara segera setelah tulang rawan terbentuk. Kartilago (tulang rawan) terbentuk dari sel-sel mesenkim. Setelah kartilago terbentuk maka bagian dalamnya akan berongga dan berisi osteoblas. Osteoblas juga menempati jaringan seluruhnya dan membentuk sel-sel tulang. Sel tulang dibentuk dari arah dalam keluar atau proses pembuatannya konsentris. Setiap satuan-satuan sel tulang mengelilingi satu pembuluh darah dan saraf membentuk satu sistem yang disebut sistem havers. Disekeliling sl-sel tulang terbentuk senyawa protein yang akan menjadi mariks tulang. Kelak di dalam protein ini terdapat kapur dan fosfor sehingga matriks tulang akan mengeras. Proses penullangan disebut osifikasi.

c. BENTUK TULANG
Berdasarkan bentuknya terdapat tiga macam bentuk utama tulang yang menyusun rangka tubuh, yaitu tulang pipa, tulang pipih dan tulang pendek dan adapula tulang tak berbentuk.

Tulang pipa (panjang) merupakan tulang yang berbentuk tabung dan berongga. Di ujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain. Contohnya tulang betis, tulang kering, tulang hasta, tulang pengumpil dll.

Tulang pipih tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons di dalamnya terdapat sumsung tulang. Tulang ini berfungsi sebagai pelindung atau untuk memperkuat, contohnya adalah tulang rusuk, tulang belikat dan tulang tengkorak,


Tulang pendek merupakan tulang yang berbentuk kubus dan terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas tulang belakang.


Tulang tak bebentuk merupakan bentuk yang tidak berbentuk yang tidak tertentu. Tulang ini terdapat di wajah dan di tulang belakang.





d. FUNGSI TULANG
Adapun fungsi tulang pada manusia selain menyusun rangka adalah sebagai berikut :
1. Member bentuk tubuh
2. Melindungi alat tubuh yang vital
3. Menahan dan menegakkan tubuh
4. Tempat perlekatan otot
5. Tempat menyimpan mineral terutama kalsium dan fosfor
6. Tempat pembentukan sel darah
7. Tempat menyimpan energy, yakni berupa lemak yang tersimpan di sumsum dinding tulang.

e. HUBUNGAN ANTAR TULANG
Di dalam sistem rangka terdapat tiga jenis hubungan antar tulang yaitu sinatrosis, amfiartrosis, dan diartrosis.sinatrosis contohnya hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang dewasa. Contoh amfiartrosis adalah sendi antara tulang betis dan tulang kering. Contoh diartrosis adalah sendi engsel, sendi putar, sendi pelana atau sela, sendi kondiloid, sendi peluru, dan sendi luncur

f. SISTEM RANGKA
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka kemudian sistem rangka menyusun kerangka tubuh seperti yang dilihat pada gambar berikut

Rangka dibagi atas dua yaitu rangka aksial dan rangka apendikuler.
Rangka aksial terdiri dari tengkorak, tulang belakang, tulang dada dan tulang rusuk


Rangka apendikuler terdiri dari pinggul, bahu, telapak tangan, tulang lengan, tungkai dan telapak kaki. Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak tangan dan kaki.




g. KELAINAN DAN GANGGUAN PADA TULANG

Gangguan pada tulang dapat mengganggu proses gerakan yang normal. Kelainan dan gangguan dapat terjadi karena kekurangan vitamin D, penyakit, kecelakaan, atau karena kebiasaan sikap tubuh yang salah dalam waktu lama.
Kekurangan vitamin D menyebabkan kaki berbentuk O atau X
Kecelakaan dapat menyebabkan gangguan berupa memar dan faktura (patah tulang)
Kebiasaan sikap tubuh yang salah dapat menyebabkan gangguan tulang berupa lordosis, kifosis dan skoliosis seperti tampak pada gambar berikut



h. OTOT
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot memiliki tiga karakter yaitu kontraksibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Otot dibagi menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung.
Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis dan sinergis.


III. Metode Pembelajaran :
Ceramah
Tanya Jawab
IV. Langkah-langkah pembelajaran Pertemuan I
Jenis Kegiatan Waktu
A. Kegiatan Awal (5 menit)
1. Mempersiapkan siswa untuk belajar dengan menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
2. Melakukan apersepsi dengan cara menghubungkan materi sebelumnya yang akan dibahas dengan pertemuan ini. Memberikan pertanyaan dasar.
2 menit

3 menit
B. Kegiatan Inti (70 menit)
1. Guru menjelaskan materi pembelajaran (Sistem gerak manusia). Dengan menggunakan media Torso rangka mausia
2. Guru menunjukkan dan menjelaskan bagian-bagian tulang yang terdapat pada torso tersebut.
3. Guru memberikan evaluasi di dalam proses belajar mengajar.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa.
25 menit

35 menit




5 menit
5 menit
C. Kegiatan Akhir (15 menit)
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang apa yang telah dijelaskan dalam proses pembelajaran. Untuk menguji kemampuan menyimak siswa.
2. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan
3. Guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran selanjutnya yaitu hubungan antar tulang dan otot. Dan memberikan tugas rumah yaitu tugas berupa teka teki silang yang terkait dengan pelajaran yg telah dibahas.
7 menit

5 menit
3 menit





Langkah-langkah pembelajaran Pertemuan II
Jenis Kegiatan Waktu
A. Kegiatan Awal (5 menit)
1. Mempersiapkan siswa untuk belajar dengan menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
2. Melakukan apersepsi dengan cara menghubungkan materi sebelumnya yang akan dibahas dengan pertemuan ini. Memberikan pertanyaan dasar. Dan memerintahkan pada siswa untuk mengumpulkan tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2 menit

3 menit
B. Kegiatan Inti (70 menit)
1. Guru menjelaskan materi pembelajaran (system gerak manusia dalam hal ini adalah hubungan antar tulang dan otot). Dengan menggunakan media gambar
2. Guru menunjukkan dan menjelaskan gambar otot dan sendi kepada siswa
3. Guru memberikan evaluasi di dalam proses belajar mengajar.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa.
40 menit


15 menit

8 menit
7 menit

C. Kegiatan Akhir (15 menit)
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang apa yang telah dijelaskan dalam proses pembelajaran. Untuk menguji kemampuan menyimak siswa.
2. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan
3. Guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari tentang gangguan pada tulang, rangka dan otot. Dan memberikan tugas rumah yakni menvari satu contoh gangguan pada rangka atau tlang dan mendeskripsikannya.
7 menit


5 menit
3 menit

Langkah-langkah pembelajaran Pertemuan III
Jenis Kegiatan Waktu
B. Kegiatan Awal (4 menit)
1. Mempersiapkan siswa untuk belajar dengan menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
2. Melakukan apersepsi dengan cara menghubungkan materi sebelumnya yang akan dibahas dengan pertemuan ini. Memberikan pertanyaan dasar.
2 menit

2 menit
B. Kegiatan Inti (30 menit)
1. Guru menjelaskan materi pembelajaran (sistem gerak manusia dalam hal ini adalah gangguan pada system rangka, tulang dan otot). Dengan menggunakan media gambar
2. Guru memberikan evaluasi di dalam proses belajar mengajar.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa.
20 menit


5 menit
5 menit

C. Kegiatan Akhir (6 menit)
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang apa
yang telah dijelaskan dalam proses pembelajaran. Untuk
menguji kemampuan menyimak siswa.
2. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan
3. Guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari semua materi yang telah diberikan yaitu sistem gerak pada manusia karena pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian/evaluasi.
2 menit


2 menit
2 menit





V. Media Pembelajaran
Gambar
Torso
VI. Sumber Pemebelajaran
Buku Paket Biologi Kelas XI Penerbit Erlangga
VII. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian
Tes tertulis
b. Bentuk instrument
Isian

Kamis, 15 April 2010

lapran ekologi tumbuhan

(Jumlah Minimum Dan Luas Minimum)

OLEH

Nama : Lilis Asriani
Nim : 071404010
Kelas : B
Kelompok : I

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan alam
Universitas Negeri Makassar
2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pada zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Dalam mempelajari biologi, kita tidak hanya mempelajari tetang bagaimana cara bernapas, sistem oragan tubuh manusia, dan sistem gerak. Tetapi dalam biologi terdapat berbagai macam ilmu yang akan dipelajari. Diantaranya yaitu ilmu botani, fisiologi, zoologi, ekologi, anatomi, morfologi, dan lain sebagainya.
Berdasarkan dari uraian di atas maka, Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah ekologi. Dimana ilmu ekologi mencakup ekologi hewan dan ekologi tumbuhan. ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) dengan lingkungan sekitarnya. Dalam mempelajari ilmu ekologi juga tidak lepas dari geografi karena menyangkut tentang lingkungan. Dalam ekologi juga dipelajari tentang populasi, komunitas, ekosistem, biosfer dan lain sebagainya. Dalam hidupnya organisme atau makhluk hidup menempati tempat atau habitat yang berbeda-beda ada yang hidupnya di darat, di laut, di pesisir pantai, di pegunungan dan lain sebagainya.
Untuk lebih mengetahui tentang ekologi, maka kita tidak hanya mempelajari tentang teorinya saja tetapi juga melakukan percobaan atau praktikum. Salah satu unit praktikum dari praktikum ekologi Tumbuhan adalah Jumlah minimum dan luas minimum. Dalam melakukan praktikum ini diharapkan kami dapat mengetahui organisme apa saja yang terdapat pada suatu kumunitas. Dalam mengangamati jumlah minimum kita melakukannya dengan cara pelemparan plot sebanyak 45 kali. Dan dalam menjumlah luas minimum dilakukan dengan cara membuat lahan dengan ukuran 25 x 25, 25x 50, 50 x 50, 50 x 100, 100 x 100 dan kemudian menghitug jumlah individu yang terdapat di dalam plot dan lahan yang telah dibuat.
Oleh karena itu untuk mengetahui jumlah minimum dan luas minimum orgaisme yang hidup dalam satu komunitas tertentu maka dilakukanlah praktikum ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Untuk menghitung jumlah minimum organism dalam satu komunitas tertentu.
2. Untuk menghitung luas minimum lahan suatu komunitas tertentu.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat megetahui bagaimana cara menghitung jumlah minimum dan luas minimum organism dalam satu komunitas tertentu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi adalah ilmu pengetahuan yang termasuk salah satu cabang biologi. Ekologi mempelajari saling hubungan antara organisme satu dengan organisme lainnya dalam satu populasi dan populasi lainnya, serta saling hubungan antara organisme dengan faktor-faktor fisik dari lingkungannya. Sehubungan dengan uraian sebelumnya, maka dapat dinyatakan ekologi hewan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan anatara hewan dengan lingkungannya. Ekologi hewan menyangkut 3 aspek pokok yaitu deskriptif yaitu menyangkut pengetahuan tentang cara hidup hewan, kuantitatif memberikan informasi yang menyangkut tentang ukuran-ukuran kondisi lingkungan dan batas-batas toleransi hewan terhadap fluktuasi faktor lingkungan, dan analitik-sintetik menganalisis lingkungan beserta pengaruhnya dengan cara memvariasikan kondisi faktor tertentu di bawah kondisi faktor lain yang terkontrol. Dalam mempelajari ilmu ekologi kita akan membahas tentang individu, populasi, komunitas, ekosistem, biosfer (Susanto, 2000).
Pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum. Cara menentukan luas minimum sebagai berikut:
1. Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 ¾¾® petak 1.
2. Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
3. Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini ¾¾® petak ke 2.
4. Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).
5. Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi.
Dari data yang telah diperoleh dibuat kurva :
1. Luas petak contoh sebagai absis (sb X)
2. Jumlah spesies sebagai ordinat (sb Y)
Kemudian dihitung 10% nya luas yang dicapai dan 10% jumlah spesies. Kemudian ditarik garis resultansinya dari (dari 10% tadi). Setelah itu ditarik garis singgung pada kurve yang sejajar resultante tersebut. Kemudian dari titik singgungnya ditarik garis ke absis yang sejajar ordinat. Maka luas minimum petak (plot) dapat diketahui (Anonima, 2010).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anonimb, 2010).
Ukuran kuadrat terbagus yang dipakai tergantung pada hal (item) yang harus diukur. jika cover sendiri adalah penting, kemudian ukuran tidak merupakan suatu faktor. kenyatannya kuadrat dapat menyusut menjadi garis dengan satu dimensi atau menjadi titik tanpa dimensi. tetapi jumlah tumbuhan perunit area atau pola dispersal harus diukur, kemudian ukuran kuadrat adalah sangat penting. Satu ukuran bagus adalah memakai satu ukuran kuadrat paling sedikit dua kali luas rata-rata luas kanopi spesies besar yang lain dengan memakai ukuran kuadrat yang mengijinkan hanya satu atau dua spesies untuk hadir dalam semua kuadrat. Lain halnya menggunakan ukuran kuadrat yang memungkinkan kebanyakan spesies untuk hadir tak lebih daripada 80% semua kuadrat (Hardjosuarno, 1990).
ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survey pendahuluan untuk menentukan ukuran luas plot minimal. menentukan luas minimal plot dapat dilakukan dengan cara membuat kurva luas minimal terlebih dahulu. untuk bentuk plot persegi dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk lapangan rumput adalah 25 x 25 Cm2, selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat terkecil. kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru yang terdapat di dalam kuadrat luasan di catat (Suprianto, 2001).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Rabu 07 Maret 2010
Waktu : Pukul 16.00 s/d 17.45 WITA.
Tampat : Lapangan Gedung Sao Panrita (IKA) UNM Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Luas minimum
1. Tali raffia
2. Mistar
3. Alat tulis menulis
b. Jumlah minimum
1. 2 buah plot
2. Meteran
3. Alat tulis menulis
2. Bahan
Jenis tumbuhan yang terdapat di dalam plot yang telah dibuat dan yang telah di lempar.
C. Prosedur Kerja
1. Luas Minimum
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Membuat plot pertama dengan ukuran 25 x 25 cm kemudian mengamati plot tersebut, mencatat tumbuhan apa saja yang terdapat di dalam plot dan menhitung jumlah spesiesnya.
c. Membuat plot kedua yang bersambungan dengan plot pertama dengan ukuran 25 x 50 cm kemudian mengamati plot tersebut, mencatat tumbuhan apa saja yang terdapat di dalam plot dan menhitung jumlah spesiesnya.
d. Membuat plot ketiga yang bersambungan dengan plot yang sebelumnya dengan ukuran 50 x 50 cm kemudian mengamati plot tersebut, mencatat tumbuhan apa saja yang terdapat di dalam plot dan menhitung jumlah spesiesnya.
e. Membuat plot keempat yang bersambungan dengan plot yang sebelumnya dengan ukuran 50 x 100 cm kemudian mengamati plot tersebut, mencatat tumbuhan apa saja yang terdapat di dalam plot dan menhitung jumlah spesiesnya.
f. Membuat plot kelima yang bersambungan dengan plot yang sebelumnya dengan ukuran 100 x 100 cm kemudian mengamati plot tersebut, mencatat tumbuhan apa saja yang terdapat di dalam plot dan menhitung jumlah spesiesnya.
2. Jumlah Minimum
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengukur lahan sebesar 15 x 15 m dengan menggunakan meteran.
3. Melaukan pelemparan plot sebanyak 15 kali dan dalam satu kali pelemparan plot dilakukan 3 seri. Maka pelemparan plot dilakukan sebanyak 45 kali.
4. Melempar plot dalam lahan secara menyebar dan tidak melempar plot di luar lahan yang telah diukur.
5. Setelah melempar plot, mengamati, mencatat dan menghitung jumlah spesies yang terdapat di dalam plot. begitu seterusnya sampai pada plot ke 45.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Luas Minimum
NO LUAS JENIS SPESIES JUMLAH SPESIES
1 25 x 25 Digiteria hastata
Spesies A 2
2 25 x 50 Digiteria hastata
Spesies A 2
3 50 x 50 Mucuna pruriens
Digiteria hastata
Spesies A 3
4 50 x 100 Mucuna pruriens
Digiteria hastata
Spesies A 3
5 100 x 100 Centrosema pubes
Mucuna pruriens
Digiteria hastata
Spesies A 4
2. Jumlah Minimum
NO SERI PLOT NAMA SPESIES JUMLAH
1 1 A Mucuna pruriens
Sida guri
Digiteria hastata 5
B Centrocema pubes
C Casia alata
2 2 A Mucuna pruriens
Tridas procumbens
Digiteria hastata 5
B Sida guri
Centrocema pubes
C -
3 3 A Mucuna pruriens
Centrocema pubes 8
B Ipomea sp
Casia alata
C Mimosa pudica
Spesies A
Sida guri
Digiteria hastata
4 4 A Mucuna pruriens
Digiteria hastata
Casia alata 6
B Sida guri
Ipomea sp
C Urang aring
5 5 A Ipomea sp
Digiteria hastata
Casia alata
Centrocema pubes
Sida guri 7
B Tridas procumbens
C Spesies B
6 6 A Rumput A
Rumput B
Spesies A
Colopogonium mucoides 4
B -
C -
7 7 A Colopogonium mucoides
Rumput A
Rumput B
Sida retusa
Ipomea triangularis
Tridas procumbens 7
B Spesies A
C -
8 8 A Tridas procumbens
Rumput A 3
B -
C Mimosa pudica
9 9 A Colopogonium mucoides
Casia alata
Meremia ultifolia
Rumput A 5
B Sida retusa
C -
10 10 A Rumput A
Rumput B
Colopogonium mucoides
Centrocema pubes
Sida retusa
B -
C -
11 11 A Colopogorium mucoides
Sida retusa
Digiteria hastata 4
B Casia alata
C -
12 12 A Mimosa pudica
Clemea aspersa
Meremia ultifolia ultifolia
Ipomea sp
Tridas prokumbens
Centrosema pubes 10
B Sida retusa
Casia alata
Tagetes
C Spesies A
13 13 A Tridas prokumbens
Centrosema pubes
Spesies A 5
B Mimosa pudica
Tageta
C -
14 14 A Tridas prokumbens
Colopogonium mucoides
Casia alata
Meremia ultifolia fitifolia
Ipomea sp 6
B Ipomea truangularis
C -
15 15 A Tridas prokumbens
Ipomea sp
Mimosa pudica
Centrosema pubes
Meremia ultifolia fitifolia 6
B Colopogonium mucoides
C -

C. Pembahasan
1. Luas Minimum
Pada kesempatan kali ini kami akan melakukan pengamatan tentang luas minimum. Dalam melakukan praktikum kami membuat 5 lahan-lahan yang berukuran 25 x 25, 25 x 50, 50 x 50, 50 x 100, dan 100 x 100. dan dalam lahan inilah kami mengamati tumbuhan apa saja yang terdapat di dalamnya dan menghitung julah spesiesnya. dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data pada lahan/plot yang berukuran 25 x 25 cm ditemukan adanya 2 jenis tumbuhan yantu Digiteria hastata dan jenis tumbuhan yang tidak diketahui namanya yang disepakati dengan nama spesies A. Pada plot kedua dengan ukuran 25 x 50 cm sama saja dengan plot pertama yaitu ditemukan adanya 2 jenis tumbuhan. pada plot ketiga dengan ukuran 50 x 50 cm ditemukan adanya 3 jesis tumbuhan yakni Digiteria hastata, Mucuna pruriens, dan Spesies A. Pada plot keempat dengan ukuran 50 x 100 cm sama saja dengan plot ketiga ditemukan adanya 3 jenis tumbuhan yaitu Digiteria hastata, Mucuna pruriens, dan Spesies A. Pada plot terakhir dengan ukuran 100 x 100 cm ditemukan adanya 4 jenis tumbuhan yaitu Digiteria hastata, Mucuna pruriens, Centrosema pubes dan Spesies A.
Teori yang ada menyatakan baha Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anonim, 2010)
2. Jumlah minimum
Pada kesempatan kali ini selain mengamati tentang jumlah minimum kami juga mengamati tentang luas minimum. Pada pengamatan luas minimum kami menggunakan plot untuk melakukan pengamatan. Plot dilempar sebanyak 15 kali tapi dalam 1 kali pelemparan terdapat 3 seri jadi jumlah keseluruhan peleparan adalah 45 kali pelemparan plot. Berdasarakan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pelemparan plot pertama seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Mucuna pruriens, Sida guri, Digiteria hastata, Centrocema pubes, Casia alata. Pada pelemparan plot kedua seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Mucuna pruriens, Tridas procumbens, Sida guri, Digiteria hastata, Centrocema pubes. Pada pelemparan plot ketiga seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Mucuna pruriens,Ipomea sp, Sida guri, Digiteria hastata, Centrocema pubes, Casia alata, Mimosa pudica, dan Spesies A. Pada pelemparan plot keempat seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Mucuna pruriens, Sida guri, Digiteria hastata, Ipomea sp, Casia alata dan Urang-aring. Pada pelemparan plot kelima seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Ipomea sp, Sida guri, Digiteria hastata, Centrocema pubes, Casia alata, Tridas procumbens dan Spesies B. Pada pelemparan plot keenam seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Rumput A, Rumput B, Spesies A dan Colopogonium mucoides. Pada pelemparan plot ketujuh seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Colopogonium mucoides, Ipomea triangularis, Sida retusa, Tridas procumbens dan Spesies A. Pada pelemparan plot kedelapan seri A, B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Rumput A, Tridas procumbens dan Mimosa pudica. Pada pelemparan plot kesembilan seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Colopogonium mucoides, Miremia sp, Casia alata, Sida retusa, dan Rumput A. Pada pelemparan plot kesepuluh seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Colopogonium mucoides, Centrosema sp, Sida retusa,Rumput A dan Rumput B. Pada pelemparan plot kesebelas seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Colopogonium mucoides, Casia alata, Sida retusa dan Digiteria hastata. Pada pelemparan plot keduabelas seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Mimosa pudica, Clemea aspersa, Meremia ultifolia ultifolia, Ipomeas sp, Sida retusa, Tridas procumbent, Centrosema pubes, Casia alata, Tagetes dan Spesies A. . Pada pelemparan plot ketigabelas seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Mimosa pudica, Tridas procumbens, Centrosema pubes, Tagetes dan Spesies A. Pada pelemparan plot keempatbelas seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Colopogonium mucoides, Meremia ultifolia ultifolia, Ipomeas sp, Tridas procumbens, Casia alata dan Ipomea triangularis. Pada pelemparan plot terakhir seri A,B dan C ditemukan adanya tumbuhan jenis Mimosa pudica, Meremia ultifolia ultifolia, Ipomeas sp, Tridas procumbens, Centrosema pubes, Colopogonium mucoides.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh/plot yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang.
2.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum selanjutnya antara lain :
1. Hendaknya dalam melaksanakan praktikum para praktikan dapat dengan teliti menghitung jumlah spesies yang terdapat pada setiap plot dan sekiranya dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan.
2. Diharapkan kepada asisten agar dapat membimbing praktikannya dengan baik agar praktikan dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan.


DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. http://www.che@blog.com/doc/analisisvegetasiluasminimum. Diakses pada 11 April 2010.

Anonimb. 2010. http://www.Dedy’s_Site.com/doc//Analisavegetasi. Diakses pada 11 April 2010.

Hardjosuwarn, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM

Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung: UPI

Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Malang: PPGSM

Selasa, 29 Desember 2009

Rpp

Sekolah : SMA Negeri 1 Sabbang
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas /Semester : XII/I
Pertemuan Ke : 1(satu)
Alokasi Waktu : 2 X 45 jam pelajaran
Standar Kompetensi : I. Melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
Kompetensi Dasar : I.I Merencanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan
Indikator : - Siswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
- Siswa mampu menyimpulkan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
- Siswa mampu menentukan daerah tumbuh pada akar.
1. Alat Belajar : Papan tulis (whiteboard), Spidol, Gambar
2. Sumber Belajar : Buku SMA kelas X Biologi
1. Teknik Penilaian
a. Tes Tertulis
b. Tes untuk kerja
2. Bentuk Instrumen :
a. Tes Uraian
b. Tes Identifikasi
c. Uji petik kerja produk

3 Soal /Instrumen :
a. Tes Uraian : Soal terlampir
b. Tes Identifikasi : Carilah letak epikotil pada gambar dengan menggunakan indeks
- Buku biologi Pegangan Siswa.
- Kertas bergaris / HVS
- Guru
- Lembar Penilaian
- OHP / LCD
- Lingkungan masyarakat ( sekolah, keluarga)

Mengetahui, Makassar, 29 Oktober 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran






LILIS ENDRIANI MUCHLIS LILIS ASRIANI
NIP: 1234 66666 NIP: 2222333313446 ........................., ............................. 2006
LEMBAR KERJA SISWA
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN

Diskusikanlah dengan teman sekelompok anda tentang topik yang ada di bawah ini dengan memperhatikan kata kunci yang terterah di bawah ini :
1. Embrio
a. Epikotil
b. Hipokotil
c. Kotiledon
d. Plumula
e. Radikula
2. Pertumbuhan
a. Primer
b. seekunder

Tugas : Kelompok
M.K : Inovasi Pembelajaran Biologi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RAYA AGNI : 071 404 062
LILIS ENDRIANI : 071 404 028
LILIS ASRIANI : 071 404 010
FADILAH WIDAWATI FIRMAN : 071 404 022


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2009

permainan domino

Permainan Domino

INOVASI PEMBELAJARAN BIOLOGI


NAMA : LILIS ASRIANI NIM : 071404010 KELAS : B


JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1/1/2009





















Domino
Permainan domino merupakan permainan yang membutuhkan pemikiran yang sangat tinggi.
Tata cara permainan domino :
1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok besar.
2. Perwakilan dari setiap kelompok maju kedepan untuk bermain.
3. Guru mengocok kartu dan membagiakannya kepada setiap pemain, masing-masing pemain mendapatkan 7 kartu.
4. Setelah kartu dibagikan, maka permainan siap untuk dimulai.
5. Siswa yang memiliki kartu dobel tertinggi berhak memulai permainan. Pemain menurunkan kartu dan kemudian diikuti oleh pemain berikutnya secara bergiliran (alirannya searah dengan jarum jam). Begitu seterusnya.
6. Jika ada pemain yang tidak memiliki kartu yang dapat diturunkan untuk melanjutkan permainan, maka akan dilanjutkan oleh pemain berikutnya. Dan pemain sebelumnya yang tidak memilki kartu maka berhak untuk menarik sebuah kartu indeks yang berisikan sebutir pertanyaan. Kartu indeks yang telah ditarik wajib untuk dijaawab oleh pemain, tetapi jka pemain kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang ada pada kartu indeks, maka pemain dapat dibantu oleh teman sekelompoknya. Begitu seterusnya jika ada alagi pemain yang tidak memiliki kartu untuk diturunkan dalam permainan.
7. Pemain yang terlebih dahulu menghabiskan kartunya, maka dinyatakan sebagai pemenang dan berhak mendapatkan poin 2.
8. Setelah permainan pertama, maka dilanjutkan dengan yang kedua dengan pemain yang berbeda dari masing-masing kelompok yang sama. Cara bermainnya sama dengan yang sebelumnya.
9. Permainan terus berulang samapai ada kelompok yang mencapai poin 10 terlebih dahulu dan dinyatakan sebagai pemenang dari permainan.

roti

ROTI


Roti
Roti merupakan salah satu produk bioteknlogi konvensional karena didalam proses pembutannya berlangsung proses fermentasi yang melibatkan mikroorganisme. Pada prinsipnya roti dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun lainnya menjadi adonan kemudian difermentasikan dan dipanggang. Pembuatan roti dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu proses pembuatan adonan dan proses pembakaran. Kedua proses utama ini akan menentukan mutu hasil akhir dari produksi roti tersebut. Dalam tahapan pembuatan roti berangsung proses fermentasi sebanyak tiga kali.

Tahapan Pembuatan Roti
o Pemilihan bahan
o Penimbangan bahan
o Pengadukan adonan
o Permentasi awal
o Penimbangan adonan
o Pembulatan adonan
o Permentasi kedua
o Penghilangan gas pada adonan
o Pembentukan adonan
o Pencetakan adonan
o Permentasi akhir
o Pembakaran
o Mengeluarkan roti dari cetakan/loyang
o Pendinginan
o Pembungkusan
1. PEMILIHAN BAHAN
o Gunakan bahan yang berkualitas baik
o Pastikan bahan yang digunakan bersertifikat halal
o Bahan yang digunakan cukup tersedia dan dalam kondisi simpanan yg baik
2. PENIMBANGAN BAHAN
o Hindarkan pemakaian takaran dengan sendok atau cangkir.
o Pada saat penimbangan harus teliti dan tepat, hindari tercecernya bahan.
o Untuk penimbangan air, pastikan tidak berlebihan sehingga adonan menjadi lembek.
3. PENGADUKAN / MIXING (30 s/d 45 menit)
o Biasakan semua bahan kering diaduk terlebih dahulu selama 5 menit (airasi) sebelum air dan mentega dimasukkan, agar air dapat dimasukkan secara optimal.
o Lakukan pencampuran semua bahan secara merata untuk hidrasi yang sempurna dari pati dan protein sehingga membentuk gluten, pelunakan gluten dan memperoleh kekuatan menahan gas dengan baik.
o Lama pengadukan harus disesuaikan dengan kemampuan tepung terigunanya (jumlah protein), karena semakin tinggi proteinnya semakin lama pengadukannya, demikian pula sebaliknya.
4. PERMENTASI AWAL ( 10 menit s/d 20 menit)
Proses pemecahan gula oleh ragi menjadi:
o Gas CO2 : Adonan menjadi mengembang
o Alkohol : Memberi aroma pada roti
o Asam : Memberi rasa dan memperlunak gluten
o Panas : Suhu meningkat selama permentasi
Lama dan sebentar permentasi awal sangat tergantung dari jumlah adonan dan jumlah tenaga kerja yang mengerjakan.
Selama pengistirahatan berlangsung diharuskan ditutup dengan plastik agar adonan tidak kering.

5. PENIMBANGAN ADONAN
o Membagi adonan sesuai dengan berat yang diinginkan.
o Gunakan timbangan yang benar, dan lakukan dengan cepat.
o Apabila menggunakan alat pembagi, timbang dulu lalu dibagi menjadi 36 bh.
6. PEMBULATAN ADONAN
o Membentuk lapisan keras dipermukaan adonan, sehingga dapat menahan gas yang dihasilkan.
o Menghaluskan tekstur roti dan mempermudah pekerjaan selanjutnya.
7. PERMENTASI KEDUA ( 10 s/d 15 menit)
o Melunakkan gluten pada adonan.
o Mempercepat permentasi berikutnya
o Selama proses ini, harus ditutup dengan plastik agar tidak kering.
8. PEMBUANGAN GAS PADA ADONAN
o Mengeluarkan gas yang ada dalam adonan dengan cara menekan adonan.
o Dapat menghaluskan tekstur.
o Usahakan semua gas keluar agar serat roti menjadi halus dan merata.
9. PEMBENTUKAN ADONAN
o Adonan roti dibentuk sesuai keinginan.
o Untuk roti manis dapat diisi dengan berbagai isian, tetapi jangan terlalu banyak mengandung air dan minyak agar menghindari roti terbuka.
o Untuk roti tawar usahakan pembentukan dan penggulungan dalam keadaan rapt dan padat, dan sambungannya berada dibawah adonan.
10. PENCETAKAN ADONAN
o Letakkan adonan dalam cetakan (untuk roti tawar) atau di loyang (untuk roti manis) dengan baik dan benar.
o Pastikan setiap sambungan diletakkan dibawah adonan.
o Atur jarak adonan di loyang agar tidak bergabung dan dapat memberikan ruang untuk pemanasan sisi roti.
o Olesi loyang dengan lemak/minyak atau gunakan lapisan kertas agar tidak lengket.
o Pastikan loyang selalu dalam keadaan bersih, baik sebelum dan sesudah digunakan.
11. PERMENTASI AKHIR
o Dilakukan pengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang maksimal.
o Tempat untuk permentasi akhir ini harus memiliki panas ( 35-40 derajat Celcius) dan kelembaban ruang (80-85%) yang stabil.
o Dapat dilakukan dengan membuat uap air dan pastikan proses ini dilakukan dengan benar, karena akan menentukan hasil akhir dari roti.
o Gunakan alat ukur hygrometer dan termometer ruang.
12. PEMBAKARAN ADONAN
o Temperatur oven sangat menentukan kualitas akhir dari roti yang dibuat, jadi temperaturnya harus sesuai dengan jenis roti yang akan dibakar.
o Lamanya pembakaran ditentukan oleh, jenis oven, jenis /bahan loyang yang digunakan, jenis roti yang dibuat dan jumlah pemakaian gula dalam adonan.
o Roti Tawar 200 derajat Celcius, dengan loyang tertutup 30-40 menit, dengan loyang terbuka 25-30 menit.
o Roti manis 180 derajat Celcius, ukuran 40-60 gram maksimum 15 menit, ukuran 15-20 gram 5-10 menit.
13. MENGELUARKAN ROTI DARI CETAKAN/LOYANG
o Keluarkan roti yang sudah matang dari catakan / loyang sesegera mungkin.
o Untuk roti manis, keluarkan dari loyang dengan sangat hati-hati karena roti yang baru keluar dari oven sangat lembut dan empuk.
o Untuk roti tawar / roti yang menggunakan cetakan, jangan dipaksa, biarkan cetakan lebih kurang 30 detik setelah keluar dari oven, agar lebih mudah dikeluarkan.
14. PENDINGINAN
o Setelah dikeluarkan dari cetakan/loyang, dinginkan roti pada suhu ruang selama 45 - 90 menit.
o Letakkan roti pada rak pendingin dimana panas roti dapat keluar kesegala arah.
o Untuk roti tawar, bila akan dipotong, sebaiknya teperatur roti 30 - 32 derajat Celcius.
15. PEMBUNGKUSAN
o Roti dibungkus agar terhindar dari jamur.
o Menghindarkan pengerasan kulit roti akibat menguapnya kandungan air dalam roti.
o Hindari pembungkusan roti yang masih panas/hangat agar tidak mudah berjamur.
o Saat pembungkusan berlangsung, pastikan ruang selalu bersih dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.
Fermentasi Roti
Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan roti adalah proses biologis yang disebut dengan proses fermentai yang dilakukan oleh ragi roti. Khamir sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan satu komponen uama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan. Suhu optimum fermentasi adoan adalah 27o C.

Fermentasi awal
Setelah seluruh resep adonan kalis, adonan kemudan dibulatkan dan didiamkan untuk fermentasi / pengembangan. suhu ideal untuk fermentasi roti adalah kisaran 34 - 35 derajat Celcius. Suhu terlalu dingin akan menyebabkan proses fermenasi berjalan lambat, sedangkan suhu terlalu panas akan menyebabkan fermentasi berjalan terlalu cepat dan yang mengakibatkan tekstur roti menjadi kasar. Waktu yang diperlukan untuk fermentasi adalah 30 menit, namun fermentasi akan menjadi semakin lama jika suhu dingin. Dalam kondisi ini, fermentasi bisa mencapai dalam 1 jam. Patokannya adalah, proses fermentasi segera diberhentikan ketika resep adonan sudah mengembang dua kali lipat dari besar resep adonan semula atau ketika adonan ditekan dengan jari, adonan meninggalkan bekas permanen, tidak kembali ke bentuk semula.
Fermentasi terlalu lama akan menyebabkan adonan over prof, yaitu kondisi dimana adonan menjadi lembek dan berair. Fermentasi terlalu singkat akan menyebabkan roti keras, pori-pori kasar dan roti tidak empuk.

Fermentasi akhir
Tahap ini sering disebut dengan perletakan adonan di dalam cetakan atau panning. setelah adonan diletakkan di dalam loyang atau cetakan beroles margarin. Fermentasikan adonan atau diamkan resep adonan selama 15 menit atau hingga adonan mengembang maksimal. Adakalanya setelah resep adonan mengembang maksimal, permukaan diolesi dengan kuning telur atau susu tawar dan larutan gula pasir agar warna kulit lebih mengkilat dan bagus.

susu jagung

Tugas Individu
MK : Pengantar Bioteknologi

Bioteknologi Konvensional
“SUSU JAGUNG”



Oleh
Nama : Lilis Asriani
Nim : 071 404 010
Kelas : B

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
2009
Bioteknologi Konvensional
Susu Jagung


Minum susu kedelai adalah hal yang biasa, tetapi kalau minum susu jagung manis seperti apa ya rasanya? Untuk mengenal dan menikmati susu jagung manis alangkah baiknya kita memahami dulu tentang manfaat dan kandungan gizi yang terdapat pada jagung manis. Nama lain jagung manis (zea mays saccharata) kini semakin populer dan banyak dikonsumsi masyarakat. Selain digunakan sebagai bahan baku jagung bakar, sayur mayur, jagung manis dapat pula dibuat menjadi susu jagung manis atau tempe jagung manis. Susu jagung manis dikenal pula dengan sebutan corn milk. Minuman ini dapat memulihkan energi dalam waktu cepat dan menjaga kesehatan mata, hati, lambung usus serta diyakini sebagai minuman bebas kolesterol. Juga dapat mengobati penyakit diabetes dikarenakan jagung manis mengandung gula alami. Kelebihan susu jagung dibandingkan dengan susu sapi atau kedelai: bahan bakunya mudah didapat dari petani setempat dengan harga tidak terlalu tinggi. Jagung tidak mengandung lactate intolerance (yang membuat susu bau amis). Susu jagung mengandung serat lebih banyak, cocok buat mereka yang diet. Tapi susu ini hanya bertahan satu hari jika disimpan di luar. Daya tahannya bisa mencapai dua pekan jika disimpan dalam lemari pendingin. Susu jagung mengandung karbohidrat tinggi yang berguna memulihkan stamina. Serat jagungnya membantu melancarkan pencernaan. Dan kadar gula rendah membuat susu ini cocok untuk diet. Penderita diabetes bisa meminum susu ini. Yang cocok untuk meminum susu jagung adalah kaum dewasa dan remaja karena Susu untuk bayi dan balita sebaiknya mengandung protein lebih tinggi ketimbang jagung yang lebih banyak mengandung karbohidrat

Proses Pembuatan Susu jagung
Cara membuat minuman kesehatan ini, tidaklah sulit. Pembuatannya itu dapat dilakukan dengan cara :
1. Bersihkan rambut jagung manis dengan pisau yang tajam, lalu pipilan jagung manis dihancurkan/diblender dengan air panas secukupnya dengan tujuan untuk mengurangi bau langu. Kemudian dimasak dan ditambah air bersih dengan perbandingan 1 : 4.
2. Panaskan pada suhu 80 derajat C kemudian disaring dengan kain saring halus. Pisahkan ampas saringan untuk diblender lagi sampai halus sehingga ampas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku selai atau tempe jagung manis yang enak rasanya.
3. Apabila minum susu jagung manis dengan tujuan sebagai obat penyakit diabetes maka tidak perlu ditambah gula. Namun bila diminum sebagai minuman berenergi untuk kesehatan bisa ditambah gula pasir atau gula jawa sesuai dengan selera orang yang akan mengkomsumsinya.
4. Supaya susu jagung manis terasa gurih dan disukai anak-anak dapat ditambahkan susu skim, supaya wangi dapat ditambah daun pandan. Masak di atas api sampai suhu 90 derajat C sambil diaduk-aduk agar tidak berbuih.
5. Susu jagung manis dapat disajikan dalam keadaan panas, hangat dan dingin/dengan es. Ketahanan susu jagung manis tanpa pengawet hanya 6 jam pada suhu kamar, apabila ingin tahan lama dapat disimpan pada ruang dingin/ dibekukan pada ruang beku.
6. Olahan susu jagung manis menjadi minuman yang menyehatkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani, karena harga jagung manis dapat stabil baik pada saat musim panen raya maupun tidak.

Kandungan Gizi
Jagung manis dikenal juga dengan nama sweet corn mempunyai nilai gizi yang berbeda dengan jagung biasa. Menurut Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979), kandungan zat gizi sweet corn dan jagung biasa tiap 100 gram berat yang dapat dimakan adalah sebagai berikut : Karbohidrat dalam biji jagung mengandung gula pereduksi (glukosa & fruktosa), sukrosa, polisakarida dan pati. Menurut Kamil (1982) gula yang disimpan dalam biji sweet corn adalah sukrosa yang dapat mencapai jumlah 11%. Sedangkan menurut Koswara (1986) kadar gula pada endospern sweet corn sebesar 5-6% dan kadar pati 10-11%, sedangkan pada jagung biasa hanya 2-3% atau setengah dari kadar gula sweet corn.

Manfaat Susu Jagung
Susu jagung memiliki banyak manfaat bagi masyarakat yaitu dapat memulihkan energi dalam waktu cepat dan menjaga kesehatan mata, hati, lambung usus serta diyakini sebagai minuman bebas kolesterol, melancarkan pencernaan dan kadar gulanya rendah membuat susu ini cocok untuk diet.

Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan susu jagung adalah….

golden rice (beras emas)

Bioteknologi Modern
Golden Rice (Beras Emas)


Lilis Asriani
071 404 010 B 2007











Jurusan Biologi Fakultas Mate-matika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar 2009


Beras Emas (Golden Rice)

Beras emas dapat dengan mudah dikenal dari warnanya yang kuning, merupakan ciri yang baik dari kandungan beta carotene yang ada di dalamnya. Sementara bagi yang belum mengenalnya, diharapkan bahwa warna kuning cerah seperti butir-butir emas akan membantu mempercepat promosi dan adopsinya. Teknologi pembuatan beras emas adalah berdasarkan prinsip-prinsip yang sederhana. Meskipun faktanya tanaman padi mempersatukan beta carotene dalam jaringan vegetative tapi tidak dalam gabah. Melalui dua langkah biosintetis beta carotene bisa muncul dalam gabah. Dengan Tanaman padi memproduksi beta carotene (pro vitamin A) dalam jaringan hijau tetapi tidak diproduksi di dalam endosperma (salah satu bagian dalam gabah). Dalam hal beras emas, dua gen dimasukkan dalam rice genome dengan Rekayasa genetika, sehingga terjadi akumulasi dari beta carotene dalam gabah. Dengan menambahkan hanya dua sifat/jenis, pertama adalah phytoene synthase (psy) dan phytoene desaturase (crt I), jaringan disusun kembali dan hasilnya beta carotene mengumpul di dalam endosperma/gabah. Intensitas warna kuning adalah ciri dari konsentrasi beta carotene dalam endosperma beras. Sejak tahun 1999 beras emas dengan galur baru telah diciptakan dan memiliki kandungan beta carotene lebih tinggi.
Tujuan dari pembuatan beras emas tersebut adalah mampu menyediakan rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam 100-200 gram beras, yang berhubungan dengan konsumsi keseharian dari anak-anak masyarakat pemakan beras. Pada masa yang akan datang, penyaluran beras emas secara terus menerus sebagai makanan sehari-hari, merupakan kontribusi utama bagi perbaikan gizi anak-anak di pedesaan. Namun, tercapainya tujuan ini memerlukan waktu yang lama dan memerlukan usaha kerjasama di antara para ilmuwan, pemulia, pejabat pemerintah, petani, penyuluh serta masyarakat yang bekerja dengan petani dan konsumen sebagai bagian dari proses pembelajaran dan adopsi.


Beras Emas (Golden Rice)

Dunia sempat dikejutkan dengan padi hasil rekayasa genetik "Golden Rice" (padi emas) pada tahun 2000. Padi varitas baru yang berhasil didapatkan ini adalah sebuah temuan mutakhir dalam bidang bioteknologi tanaman pangan. Varitas baru tersebut tidak bisa dihasilkan dengan persilangan biasa (breeding), tetapi melalui teknik DNA rekombinan atau rekayasa genetik. Ide rekayasa padi yang mengandung beta-karoten pada awalnya muncul ketika para ahli biotek menemukan sebuah fenomena dimana terdapat banyak anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A terutama di benua Asia dan Afrika. Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan kebutaan dan bisa memperburuk penderita diare, sakit pernafasan dan penyakit cacar air. Selain itu, pemberian vitamin A secara oral menjadi hal yang problematik karena kurangnya infrastruktur yang menunjang. Maka sebuah alternatif sangat dibutuhkan untuk memeratakan konsumsi vitamin A khususnya pada anak-anak. Salah satu terobosan yang bisa dilakukan adalah merekayasa padi agar bisa menghasilkan beta-karoten (provitamin A) pada biji (endosperma)-nya. Padi menjadi pilihan karena merupakan bahan pangan utama bagi hampir seluruh penduduk dunia. Bagaimana rekayasa golden rice dilakukan sehingga bijinya bisa mengandung beta karoten dan berwarna orange kekuningan?

Rekayasa Padi Golden Rice
Rekayasa padi golden rice memang baru terdengar saat keberhasilan tersebut termuat dalam jurnal Science pada tahun 2000. Namun sebenarnya sekitar sepuluh tahun sebelumnya, ilmuwan Jepang telah mengawali mengisolasi gen yang menyandi jalur biosintesa karotenoid dari bakteri fitopatogenik Erwinia uredovora. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa gen CrtI mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Beberapa tahun berselang, ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam biji padi terdapat bahan dasar (prekusor) untuk biosintesa karotenoid, termasuk beta-karoten, yaitu geranyl geranyl diphosphate (GGDP). Namun secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi penghambatan fungsi dari enzim phytoene synthase (PHY) dalam mengubah GGDP menjadi phytoene. Meskipun demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan dengan cara mengintroduksi gen phy dari tanaman daffodil (bunga narsis/ bakung) dengan menggunakan promoter spesifik untuk endosperma. Selain phy dan CrtI, masih ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-karoten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal dari tanaman daffodil. Transformasi dengan menggunakan Agrobacterium menunjukkan bahwa modifikasi jalur biosintesa beta karoten berhasil dilakukan. Hal ini terbukti berdasarkan hasil analisa fotometrik dengan menggunakan HPLC (high-performance liquid chromatography) yang menunjukkan adanya karotenoid, termasuk beta-karoten, pada golden rice yaitu 1.6 mikrog/g. Keberhasilan ini dilanjutkan dengan uji coba pada varietas yang berbeda seperti indica (IR 64) dan japonica (Taipei 309). IR 64 dan Taipei 309 dipilih karena kedua varitas tersebut paling banyak digemari di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara dan China. Namun demikian, hasil yang dicapai masih kurang memuaskan karena kandungan karotenoid pada varitas IR 64 dan Taipei 309 tersebut masih tergolong rendah yaitu berturut-turut 0.4 mikrog/g dan 1.2 mikrog/g.
Golden Rice 2
Munculnya golden rice pada tahun 2000 langsung mendapat reaksi keras dari para oposisi GMO (genetically modified organism). Reaksi ini muncul karena adanya kekhawatiran masyarakat akan tingkat keselamatan konsumsi golden rice. Namun polemik yang muncul tersebut tidak mematahkan semangat dua peneliti utama golden rice, yaitu Ingo Potrykus dan Peter Beyer, untuk terus berkarya dan melakukan penelitian dengan tujuan lebih meningkatkan kandungan beta-karoten pada biji padi. Bahkan untuk menjawab polemik yang muncul tersebut, Ingo Potrykus menulis sebuah artikel dalam jurnal Plant Physiology dengan judul "Golden Rice and Beyond" yang merupakan penjelasan menyeluruh terhadap status golden rice dan bagaimana seharusnya masyarakat umum menyikapinya. Penelitian peningkatan kandungan beta-karoten pada golden rice terus dilakukan selama kurang lebih lima tahun. Fokus riset masih bertumpu pada tingkat efisiensi ke-3 jenis gen yang telah diintroduksikan yaitu psy, crtI dan lyc. Sehingga pada akhirnya para ahli tersebut merumuskan hipotesa bahwa gen psy-lah yang paling berperan dalam jalur biosintesa karotenoid tersebut. Untuk menguji kebenaran hipotesa, mereka mengisolasi dan menguji efisiensi gen psy dari berbagai tanaman seperti Arabidopsis, wortel, paprika, jagung, tomat, bahkan padi sendiri. Pengujian awal dilakukan dengan cara overeskpresi gen-gen psy pada callus jagung. Callus dipilih karena sifat integrasinya yang stabil terhadap gen yang ditransformasikan (transgene). Seleksi efisiensi dilakukan berdasar jumlah karotenoid yang diproduksi dan warna callus (intensitas warna) yang menunjukkan tingkat efisiensi transgene. Gen psy dari jagung menunjukkan tingkat efisiensi paling tinggi dibanding dengan psy dari tanaman lainnya. Berdasar pada hasil tersebut, maka transfromasi pada padi lakukan dengan menyisipkan gen psy dari jagung bersama dengan gen crtI. Hasil yang dicapai bisa dibilang memuaskan karena kandungan karotenoid pada biji "Golden rice 2" mencapai 37 mikrog/g, yang berarti 23 kali lipat dibanding golden rice generasi pertama. Dari total karotenoid tersebut, 31 mikrog/g-nya adalah beta-karoten.
Potensi Golden Rice2
RDA (recommended daily allowance) dari vitamin A untuk anak-anak berumur 1 sampai 3 tahun adalah 300 mikrog. Sedangkan faktor konversi beta-karoten (provitamin A) dari total makanan adalah 12. Dengan menggunakan faktor konversi tersebut maka bisa dibuat semacam hitungan sederhana yaitu 24 mikrog/g provitamin A, sehingga 72 gram berat kering golden rice 2 mampu menyediakan 50% RDA untuk anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa golden rice 2 memiliki sebuah potensi yang besar untuk menyelamatkan anak-anak dari kekuranga nvitamin A.
Satu lagi pertanyaan yang timbul di benak para petani dan masyarakat pada umumnya yaitu bagaimana mendapatkan benih golden rice dan mahalkah harganya? Sebenarnya pertanyaan ini sudah lama menjadi topik diskusi para perakit (ilmuwan) dan penyuntik dana riset golden rice itu sendiri (Syngenta). Dan berdasarkan berita dari IRRI (International Rice Research Institute) yang dikutip kantor berita Reuters, pengujian penanaman golden rice di lahan di Asia (Philipina) telah dimulai awal April tahun ini. Sedangkan untuk para petani, benihnya baru bisa didapatkan pada tahun 2011. Dengan mudahnya para petani mendapat benih dan membudidayakan golden rice, maka secara tidak langsung akan dapat menekan harganya. Namun terlepas dari itu semua, keamanan konsumsi bagi anak-anak untuk kelengkapan kebutuhan vitamin A tetap menjadi prioritas utama.