jadikanlah halaman ini sebagai sumber informasi yang bermanfaat bagi kita semua..........
Gedies Turatea
Selasa, 29 Desember 2009
Rpp
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas /Semester : XII/I
Pertemuan Ke : 1(satu)
Alokasi Waktu : 2 X 45 jam pelajaran
Standar Kompetensi : I. Melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
Kompetensi Dasar : I.I Merencanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan
Indikator : - Siswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
- Siswa mampu menyimpulkan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
- Siswa mampu menentukan daerah tumbuh pada akar.
1. Alat Belajar : Papan tulis (whiteboard), Spidol, Gambar
2. Sumber Belajar : Buku SMA kelas X Biologi
1. Teknik Penilaian
a. Tes Tertulis
b. Tes untuk kerja
2. Bentuk Instrumen :
a. Tes Uraian
b. Tes Identifikasi
c. Uji petik kerja produk
3 Soal /Instrumen :
a. Tes Uraian : Soal terlampir
b. Tes Identifikasi : Carilah letak epikotil pada gambar dengan menggunakan indeks
- Buku biologi Pegangan Siswa.
- Kertas bergaris / HVS
- Guru
- Lembar Penilaian
- OHP / LCD
- Lingkungan masyarakat ( sekolah, keluarga)
Mengetahui, Makassar, 29 Oktober 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
LILIS ENDRIANI MUCHLIS LILIS ASRIANI
NIP: 1234 66666 NIP: 2222333313446 ........................., ............................. 2006
LEMBAR KERJA SISWA
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN
Diskusikanlah dengan teman sekelompok anda tentang topik yang ada di bawah ini dengan memperhatikan kata kunci yang terterah di bawah ini :
1. Embrio
a. Epikotil
b. Hipokotil
c. Kotiledon
d. Plumula
e. Radikula
2. Pertumbuhan
a. Primer
b. seekunder
Tugas : Kelompok
M.K : Inovasi Pembelajaran Biologi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RAYA AGNI : 071 404 062
LILIS ENDRIANI : 071 404 028
LILIS ASRIANI : 071 404 010
FADILAH WIDAWATI FIRMAN : 071 404 022
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2009
permainan domino
INOVASI PEMBELAJARAN BIOLOGI
NAMA : LILIS ASRIANI NIM : 071404010 KELAS : B
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
1/1/2009
Domino
Permainan domino merupakan permainan yang membutuhkan pemikiran yang sangat tinggi.
Tata cara permainan domino :
1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok besar.
2. Perwakilan dari setiap kelompok maju kedepan untuk bermain.
3. Guru mengocok kartu dan membagiakannya kepada setiap pemain, masing-masing pemain mendapatkan 7 kartu.
4. Setelah kartu dibagikan, maka permainan siap untuk dimulai.
5. Siswa yang memiliki kartu dobel tertinggi berhak memulai permainan. Pemain menurunkan kartu dan kemudian diikuti oleh pemain berikutnya secara bergiliran (alirannya searah dengan jarum jam). Begitu seterusnya.
6. Jika ada pemain yang tidak memiliki kartu yang dapat diturunkan untuk melanjutkan permainan, maka akan dilanjutkan oleh pemain berikutnya. Dan pemain sebelumnya yang tidak memilki kartu maka berhak untuk menarik sebuah kartu indeks yang berisikan sebutir pertanyaan. Kartu indeks yang telah ditarik wajib untuk dijaawab oleh pemain, tetapi jka pemain kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang ada pada kartu indeks, maka pemain dapat dibantu oleh teman sekelompoknya. Begitu seterusnya jika ada alagi pemain yang tidak memiliki kartu untuk diturunkan dalam permainan.
7. Pemain yang terlebih dahulu menghabiskan kartunya, maka dinyatakan sebagai pemenang dan berhak mendapatkan poin 2.
8. Setelah permainan pertama, maka dilanjutkan dengan yang kedua dengan pemain yang berbeda dari masing-masing kelompok yang sama. Cara bermainnya sama dengan yang sebelumnya.
9. Permainan terus berulang samapai ada kelompok yang mencapai poin 10 terlebih dahulu dan dinyatakan sebagai pemenang dari permainan.
roti
Roti
Roti merupakan salah satu produk bioteknlogi konvensional karena didalam proses pembutannya berlangsung proses fermentasi yang melibatkan mikroorganisme. Pada prinsipnya roti dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun lainnya menjadi adonan kemudian difermentasikan dan dipanggang. Pembuatan roti dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu proses pembuatan adonan dan proses pembakaran. Kedua proses utama ini akan menentukan mutu hasil akhir dari produksi roti tersebut. Dalam tahapan pembuatan roti berangsung proses fermentasi sebanyak tiga kali.
Tahapan Pembuatan Roti
o Pemilihan bahan
o Penimbangan bahan
o Pengadukan adonan
o Permentasi awal
o Penimbangan adonan
o Pembulatan adonan
o Permentasi kedua
o Penghilangan gas pada adonan
o Pembentukan adonan
o Pencetakan adonan
o Permentasi akhir
o Pembakaran
o Mengeluarkan roti dari cetakan/loyang
o Pendinginan
o Pembungkusan
1. PEMILIHAN BAHAN
o Gunakan bahan yang berkualitas baik
o Pastikan bahan yang digunakan bersertifikat halal
o Bahan yang digunakan cukup tersedia dan dalam kondisi simpanan yg baik
2. PENIMBANGAN BAHAN
o Hindarkan pemakaian takaran dengan sendok atau cangkir.
o Pada saat penimbangan harus teliti dan tepat, hindari tercecernya bahan.
o Untuk penimbangan air, pastikan tidak berlebihan sehingga adonan menjadi lembek.
3. PENGADUKAN / MIXING (30 s/d 45 menit)
o Biasakan semua bahan kering diaduk terlebih dahulu selama 5 menit (airasi) sebelum air dan mentega dimasukkan, agar air dapat dimasukkan secara optimal.
o Lakukan pencampuran semua bahan secara merata untuk hidrasi yang sempurna dari pati dan protein sehingga membentuk gluten, pelunakan gluten dan memperoleh kekuatan menahan gas dengan baik.
o Lama pengadukan harus disesuaikan dengan kemampuan tepung terigunanya (jumlah protein), karena semakin tinggi proteinnya semakin lama pengadukannya, demikian pula sebaliknya.
4. PERMENTASI AWAL ( 10 menit s/d 20 menit)
Proses pemecahan gula oleh ragi menjadi:
o Gas CO2 : Adonan menjadi mengembang
o Alkohol : Memberi aroma pada roti
o Asam : Memberi rasa dan memperlunak gluten
o Panas : Suhu meningkat selama permentasi
Lama dan sebentar permentasi awal sangat tergantung dari jumlah adonan dan jumlah tenaga kerja yang mengerjakan.
Selama pengistirahatan berlangsung diharuskan ditutup dengan plastik agar adonan tidak kering.
5. PENIMBANGAN ADONAN
o Membagi adonan sesuai dengan berat yang diinginkan.
o Gunakan timbangan yang benar, dan lakukan dengan cepat.
o Apabila menggunakan alat pembagi, timbang dulu lalu dibagi menjadi 36 bh.
6. PEMBULATAN ADONAN
o Membentuk lapisan keras dipermukaan adonan, sehingga dapat menahan gas yang dihasilkan.
o Menghaluskan tekstur roti dan mempermudah pekerjaan selanjutnya.
7. PERMENTASI KEDUA ( 10 s/d 15 menit)
o Melunakkan gluten pada adonan.
o Mempercepat permentasi berikutnya
o Selama proses ini, harus ditutup dengan plastik agar tidak kering.
8. PEMBUANGAN GAS PADA ADONAN
o Mengeluarkan gas yang ada dalam adonan dengan cara menekan adonan.
o Dapat menghaluskan tekstur.
o Usahakan semua gas keluar agar serat roti menjadi halus dan merata.
9. PEMBENTUKAN ADONAN
o Adonan roti dibentuk sesuai keinginan.
o Untuk roti manis dapat diisi dengan berbagai isian, tetapi jangan terlalu banyak mengandung air dan minyak agar menghindari roti terbuka.
o Untuk roti tawar usahakan pembentukan dan penggulungan dalam keadaan rapt dan padat, dan sambungannya berada dibawah adonan.
10. PENCETAKAN ADONAN
o Letakkan adonan dalam cetakan (untuk roti tawar) atau di loyang (untuk roti manis) dengan baik dan benar.
o Pastikan setiap sambungan diletakkan dibawah adonan.
o Atur jarak adonan di loyang agar tidak bergabung dan dapat memberikan ruang untuk pemanasan sisi roti.
o Olesi loyang dengan lemak/minyak atau gunakan lapisan kertas agar tidak lengket.
o Pastikan loyang selalu dalam keadaan bersih, baik sebelum dan sesudah digunakan.
11. PERMENTASI AKHIR
o Dilakukan pengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang maksimal.
o Tempat untuk permentasi akhir ini harus memiliki panas ( 35-40 derajat Celcius) dan kelembaban ruang (80-85%) yang stabil.
o Dapat dilakukan dengan membuat uap air dan pastikan proses ini dilakukan dengan benar, karena akan menentukan hasil akhir dari roti.
o Gunakan alat ukur hygrometer dan termometer ruang.
12. PEMBAKARAN ADONAN
o Temperatur oven sangat menentukan kualitas akhir dari roti yang dibuat, jadi temperaturnya harus sesuai dengan jenis roti yang akan dibakar.
o Lamanya pembakaran ditentukan oleh, jenis oven, jenis /bahan loyang yang digunakan, jenis roti yang dibuat dan jumlah pemakaian gula dalam adonan.
o Roti Tawar 200 derajat Celcius, dengan loyang tertutup 30-40 menit, dengan loyang terbuka 25-30 menit.
o Roti manis 180 derajat Celcius, ukuran 40-60 gram maksimum 15 menit, ukuran 15-20 gram 5-10 menit.
13. MENGELUARKAN ROTI DARI CETAKAN/LOYANG
o Keluarkan roti yang sudah matang dari catakan / loyang sesegera mungkin.
o Untuk roti manis, keluarkan dari loyang dengan sangat hati-hati karena roti yang baru keluar dari oven sangat lembut dan empuk.
o Untuk roti tawar / roti yang menggunakan cetakan, jangan dipaksa, biarkan cetakan lebih kurang 30 detik setelah keluar dari oven, agar lebih mudah dikeluarkan.
14. PENDINGINAN
o Setelah dikeluarkan dari cetakan/loyang, dinginkan roti pada suhu ruang selama 45 - 90 menit.
o Letakkan roti pada rak pendingin dimana panas roti dapat keluar kesegala arah.
o Untuk roti tawar, bila akan dipotong, sebaiknya teperatur roti 30 - 32 derajat Celcius.
15. PEMBUNGKUSAN
o Roti dibungkus agar terhindar dari jamur.
o Menghindarkan pengerasan kulit roti akibat menguapnya kandungan air dalam roti.
o Hindari pembungkusan roti yang masih panas/hangat agar tidak mudah berjamur.
o Saat pembungkusan berlangsung, pastikan ruang selalu bersih dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.
Fermentasi Roti
Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan roti adalah proses biologis yang disebut dengan proses fermentai yang dilakukan oleh ragi roti. Khamir sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan satu komponen uama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan. Suhu optimum fermentasi adoan adalah 27o C.
Fermentasi awal
Setelah seluruh resep adonan kalis, adonan kemudan dibulatkan dan didiamkan untuk fermentasi / pengembangan. suhu ideal untuk fermentasi roti adalah kisaran 34 - 35 derajat Celcius. Suhu terlalu dingin akan menyebabkan proses fermenasi berjalan lambat, sedangkan suhu terlalu panas akan menyebabkan fermentasi berjalan terlalu cepat dan yang mengakibatkan tekstur roti menjadi kasar. Waktu yang diperlukan untuk fermentasi adalah 30 menit, namun fermentasi akan menjadi semakin lama jika suhu dingin. Dalam kondisi ini, fermentasi bisa mencapai dalam 1 jam. Patokannya adalah, proses fermentasi segera diberhentikan ketika resep adonan sudah mengembang dua kali lipat dari besar resep adonan semula atau ketika adonan ditekan dengan jari, adonan meninggalkan bekas permanen, tidak kembali ke bentuk semula.
Fermentasi terlalu lama akan menyebabkan adonan over prof, yaitu kondisi dimana adonan menjadi lembek dan berair. Fermentasi terlalu singkat akan menyebabkan roti keras, pori-pori kasar dan roti tidak empuk.
Fermentasi akhir
Tahap ini sering disebut dengan perletakan adonan di dalam cetakan atau panning. setelah adonan diletakkan di dalam loyang atau cetakan beroles margarin. Fermentasikan adonan atau diamkan resep adonan selama 15 menit atau hingga adonan mengembang maksimal. Adakalanya setelah resep adonan mengembang maksimal, permukaan diolesi dengan kuning telur atau susu tawar dan larutan gula pasir agar warna kulit lebih mengkilat dan bagus.
susu jagung
MK : Pengantar Bioteknologi
Bioteknologi Konvensional
“SUSU JAGUNG”
Oleh
Nama : Lilis Asriani
Nim : 071 404 010
Kelas : B
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
2009
Bioteknologi Konvensional
Susu Jagung
Minum susu kedelai adalah hal yang biasa, tetapi kalau minum susu jagung manis seperti apa ya rasanya? Untuk mengenal dan menikmati susu jagung manis alangkah baiknya kita memahami dulu tentang manfaat dan kandungan gizi yang terdapat pada jagung manis. Nama lain jagung manis (zea mays saccharata) kini semakin populer dan banyak dikonsumsi masyarakat. Selain digunakan sebagai bahan baku jagung bakar, sayur mayur, jagung manis dapat pula dibuat menjadi susu jagung manis atau tempe jagung manis. Susu jagung manis dikenal pula dengan sebutan corn milk. Minuman ini dapat memulihkan energi dalam waktu cepat dan menjaga kesehatan mata, hati, lambung usus serta diyakini sebagai minuman bebas kolesterol. Juga dapat mengobati penyakit diabetes dikarenakan jagung manis mengandung gula alami. Kelebihan susu jagung dibandingkan dengan susu sapi atau kedelai: bahan bakunya mudah didapat dari petani setempat dengan harga tidak terlalu tinggi. Jagung tidak mengandung lactate intolerance (yang membuat susu bau amis). Susu jagung mengandung serat lebih banyak, cocok buat mereka yang diet. Tapi susu ini hanya bertahan satu hari jika disimpan di luar. Daya tahannya bisa mencapai dua pekan jika disimpan dalam lemari pendingin. Susu jagung mengandung karbohidrat tinggi yang berguna memulihkan stamina. Serat jagungnya membantu melancarkan pencernaan. Dan kadar gula rendah membuat susu ini cocok untuk diet. Penderita diabetes bisa meminum susu ini. Yang cocok untuk meminum susu jagung adalah kaum dewasa dan remaja karena Susu untuk bayi dan balita sebaiknya mengandung protein lebih tinggi ketimbang jagung yang lebih banyak mengandung karbohidrat
Proses Pembuatan Susu jagung
Cara membuat minuman kesehatan ini, tidaklah sulit. Pembuatannya itu dapat dilakukan dengan cara :
1. Bersihkan rambut jagung manis dengan pisau yang tajam, lalu pipilan jagung manis dihancurkan/diblender dengan air panas secukupnya dengan tujuan untuk mengurangi bau langu. Kemudian dimasak dan ditambah air bersih dengan perbandingan 1 : 4.
2. Panaskan pada suhu 80 derajat C kemudian disaring dengan kain saring halus. Pisahkan ampas saringan untuk diblender lagi sampai halus sehingga ampas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku selai atau tempe jagung manis yang enak rasanya.
3. Apabila minum susu jagung manis dengan tujuan sebagai obat penyakit diabetes maka tidak perlu ditambah gula. Namun bila diminum sebagai minuman berenergi untuk kesehatan bisa ditambah gula pasir atau gula jawa sesuai dengan selera orang yang akan mengkomsumsinya.
4. Supaya susu jagung manis terasa gurih dan disukai anak-anak dapat ditambahkan susu skim, supaya wangi dapat ditambah daun pandan. Masak di atas api sampai suhu 90 derajat C sambil diaduk-aduk agar tidak berbuih.
5. Susu jagung manis dapat disajikan dalam keadaan panas, hangat dan dingin/dengan es. Ketahanan susu jagung manis tanpa pengawet hanya 6 jam pada suhu kamar, apabila ingin tahan lama dapat disimpan pada ruang dingin/ dibekukan pada ruang beku.
6. Olahan susu jagung manis menjadi minuman yang menyehatkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani, karena harga jagung manis dapat stabil baik pada saat musim panen raya maupun tidak.
Kandungan Gizi
Jagung manis dikenal juga dengan nama sweet corn mempunyai nilai gizi yang berbeda dengan jagung biasa. Menurut Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979), kandungan zat gizi sweet corn dan jagung biasa tiap 100 gram berat yang dapat dimakan adalah sebagai berikut : Karbohidrat dalam biji jagung mengandung gula pereduksi (glukosa & fruktosa), sukrosa, polisakarida dan pati. Menurut Kamil (1982) gula yang disimpan dalam biji sweet corn adalah sukrosa yang dapat mencapai jumlah 11%. Sedangkan menurut Koswara (1986) kadar gula pada endospern sweet corn sebesar 5-6% dan kadar pati 10-11%, sedangkan pada jagung biasa hanya 2-3% atau setengah dari kadar gula sweet corn.
Manfaat Susu Jagung
Susu jagung memiliki banyak manfaat bagi masyarakat yaitu dapat memulihkan energi dalam waktu cepat dan menjaga kesehatan mata, hati, lambung usus serta diyakini sebagai minuman bebas kolesterol, melancarkan pencernaan dan kadar gulanya rendah membuat susu ini cocok untuk diet.
Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan susu jagung adalah….
golden rice (beras emas)
Golden Rice (Beras Emas)
Lilis Asriani
071 404 010 B 2007
Jurusan Biologi Fakultas Mate-matika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar 2009
Beras Emas (Golden Rice)
Beras emas dapat dengan mudah dikenal dari warnanya yang kuning, merupakan ciri yang baik dari kandungan beta carotene yang ada di dalamnya. Sementara bagi yang belum mengenalnya, diharapkan bahwa warna kuning cerah seperti butir-butir emas akan membantu mempercepat promosi dan adopsinya. Teknologi pembuatan beras emas adalah berdasarkan prinsip-prinsip yang sederhana. Meskipun faktanya tanaman padi mempersatukan beta carotene dalam jaringan vegetative tapi tidak dalam gabah. Melalui dua langkah biosintetis beta carotene bisa muncul dalam gabah. Dengan Tanaman padi memproduksi beta carotene (pro vitamin A) dalam jaringan hijau tetapi tidak diproduksi di dalam endosperma (salah satu bagian dalam gabah). Dalam hal beras emas, dua gen dimasukkan dalam rice genome dengan Rekayasa genetika, sehingga terjadi akumulasi dari beta carotene dalam gabah. Dengan menambahkan hanya dua sifat/jenis, pertama adalah phytoene synthase (psy) dan phytoene desaturase (crt I), jaringan disusun kembali dan hasilnya beta carotene mengumpul di dalam endosperma/gabah. Intensitas warna kuning adalah ciri dari konsentrasi beta carotene dalam endosperma beras. Sejak tahun 1999 beras emas dengan galur baru telah diciptakan dan memiliki kandungan beta carotene lebih tinggi.
Tujuan dari pembuatan beras emas tersebut adalah mampu menyediakan rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam 100-200 gram beras, yang berhubungan dengan konsumsi keseharian dari anak-anak masyarakat pemakan beras. Pada masa yang akan datang, penyaluran beras emas secara terus menerus sebagai makanan sehari-hari, merupakan kontribusi utama bagi perbaikan gizi anak-anak di pedesaan. Namun, tercapainya tujuan ini memerlukan waktu yang lama dan memerlukan usaha kerjasama di antara para ilmuwan, pemulia, pejabat pemerintah, petani, penyuluh serta masyarakat yang bekerja dengan petani dan konsumen sebagai bagian dari proses pembelajaran dan adopsi.
Beras Emas (Golden Rice)
Dunia sempat dikejutkan dengan padi hasil rekayasa genetik "Golden Rice" (padi emas) pada tahun 2000. Padi varitas baru yang berhasil didapatkan ini adalah sebuah temuan mutakhir dalam bidang bioteknologi tanaman pangan. Varitas baru tersebut tidak bisa dihasilkan dengan persilangan biasa (breeding), tetapi melalui teknik DNA rekombinan atau rekayasa genetik. Ide rekayasa padi yang mengandung beta-karoten pada awalnya muncul ketika para ahli biotek menemukan sebuah fenomena dimana terdapat banyak anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A terutama di benua Asia dan Afrika. Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan kebutaan dan bisa memperburuk penderita diare, sakit pernafasan dan penyakit cacar air. Selain itu, pemberian vitamin A secara oral menjadi hal yang problematik karena kurangnya infrastruktur yang menunjang. Maka sebuah alternatif sangat dibutuhkan untuk memeratakan konsumsi vitamin A khususnya pada anak-anak. Salah satu terobosan yang bisa dilakukan adalah merekayasa padi agar bisa menghasilkan beta-karoten (provitamin A) pada biji (endosperma)-nya. Padi menjadi pilihan karena merupakan bahan pangan utama bagi hampir seluruh penduduk dunia. Bagaimana rekayasa golden rice dilakukan sehingga bijinya bisa mengandung beta karoten dan berwarna orange kekuningan?
Rekayasa Padi Golden Rice
Rekayasa padi golden rice memang baru terdengar saat keberhasilan tersebut termuat dalam jurnal Science pada tahun 2000. Namun sebenarnya sekitar sepuluh tahun sebelumnya, ilmuwan Jepang telah mengawali mengisolasi gen yang menyandi jalur biosintesa karotenoid dari bakteri fitopatogenik Erwinia uredovora. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa gen CrtI mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Beberapa tahun berselang, ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam biji padi terdapat bahan dasar (prekusor) untuk biosintesa karotenoid, termasuk beta-karoten, yaitu geranyl geranyl diphosphate (GGDP). Namun secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi penghambatan fungsi dari enzim phytoene synthase (PHY) dalam mengubah GGDP menjadi phytoene. Meskipun demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan dengan cara mengintroduksi gen phy dari tanaman daffodil (bunga narsis/ bakung) dengan menggunakan promoter spesifik untuk endosperma. Selain phy dan CrtI, masih ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-karoten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal dari tanaman daffodil. Transformasi dengan menggunakan Agrobacterium menunjukkan bahwa modifikasi jalur biosintesa beta karoten berhasil dilakukan. Hal ini terbukti berdasarkan hasil analisa fotometrik dengan menggunakan HPLC (high-performance liquid chromatography) yang menunjukkan adanya karotenoid, termasuk beta-karoten, pada golden rice yaitu 1.6 mikrog/g. Keberhasilan ini dilanjutkan dengan uji coba pada varietas yang berbeda seperti indica (IR 64) dan japonica (Taipei 309). IR 64 dan Taipei 309 dipilih karena kedua varitas tersebut paling banyak digemari di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara dan China. Namun demikian, hasil yang dicapai masih kurang memuaskan karena kandungan karotenoid pada varitas IR 64 dan Taipei 309 tersebut masih tergolong rendah yaitu berturut-turut 0.4 mikrog/g dan 1.2 mikrog/g.
Golden Rice 2
Munculnya golden rice pada tahun 2000 langsung mendapat reaksi keras dari para oposisi GMO (genetically modified organism). Reaksi ini muncul karena adanya kekhawatiran masyarakat akan tingkat keselamatan konsumsi golden rice. Namun polemik yang muncul tersebut tidak mematahkan semangat dua peneliti utama golden rice, yaitu Ingo Potrykus dan Peter Beyer, untuk terus berkarya dan melakukan penelitian dengan tujuan lebih meningkatkan kandungan beta-karoten pada biji padi. Bahkan untuk menjawab polemik yang muncul tersebut, Ingo Potrykus menulis sebuah artikel dalam jurnal Plant Physiology dengan judul "Golden Rice and Beyond" yang merupakan penjelasan menyeluruh terhadap status golden rice dan bagaimana seharusnya masyarakat umum menyikapinya. Penelitian peningkatan kandungan beta-karoten pada golden rice terus dilakukan selama kurang lebih lima tahun. Fokus riset masih bertumpu pada tingkat efisiensi ke-3 jenis gen yang telah diintroduksikan yaitu psy, crtI dan lyc. Sehingga pada akhirnya para ahli tersebut merumuskan hipotesa bahwa gen psy-lah yang paling berperan dalam jalur biosintesa karotenoid tersebut. Untuk menguji kebenaran hipotesa, mereka mengisolasi dan menguji efisiensi gen psy dari berbagai tanaman seperti Arabidopsis, wortel, paprika, jagung, tomat, bahkan padi sendiri. Pengujian awal dilakukan dengan cara overeskpresi gen-gen psy pada callus jagung. Callus dipilih karena sifat integrasinya yang stabil terhadap gen yang ditransformasikan (transgene). Seleksi efisiensi dilakukan berdasar jumlah karotenoid yang diproduksi dan warna callus (intensitas warna) yang menunjukkan tingkat efisiensi transgene. Gen psy dari jagung menunjukkan tingkat efisiensi paling tinggi dibanding dengan psy dari tanaman lainnya. Berdasar pada hasil tersebut, maka transfromasi pada padi lakukan dengan menyisipkan gen psy dari jagung bersama dengan gen crtI. Hasil yang dicapai bisa dibilang memuaskan karena kandungan karotenoid pada biji "Golden rice 2" mencapai 37 mikrog/g, yang berarti 23 kali lipat dibanding golden rice generasi pertama. Dari total karotenoid tersebut, 31 mikrog/g-nya adalah beta-karoten.
Potensi Golden Rice2
RDA (recommended daily allowance) dari vitamin A untuk anak-anak berumur 1 sampai 3 tahun adalah 300 mikrog. Sedangkan faktor konversi beta-karoten (provitamin A) dari total makanan adalah 12. Dengan menggunakan faktor konversi tersebut maka bisa dibuat semacam hitungan sederhana yaitu 24 mikrog/g provitamin A, sehingga 72 gram berat kering golden rice 2 mampu menyediakan 50% RDA untuk anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa golden rice 2 memiliki sebuah potensi yang besar untuk menyelamatkan anak-anak dari kekuranga nvitamin A.
Satu lagi pertanyaan yang timbul di benak para petani dan masyarakat pada umumnya yaitu bagaimana mendapatkan benih golden rice dan mahalkah harganya? Sebenarnya pertanyaan ini sudah lama menjadi topik diskusi para perakit (ilmuwan) dan penyuntik dana riset golden rice itu sendiri (Syngenta). Dan berdasarkan berita dari IRRI (International Rice Research Institute) yang dikutip kantor berita Reuters, pengujian penanaman golden rice di lahan di Asia (Philipina) telah dimulai awal April tahun ini. Sedangkan untuk para petani, benihnya baru bisa didapatkan pada tahun 2011. Dengan mudahnya para petani mendapat benih dan membudidayakan golden rice, maka secara tidak langsung akan dapat menekan harganya. Namun terlepas dari itu semua, keamanan konsumsi bagi anak-anak untuk kelengkapan kebutuhan vitamin A tetap menjadi prioritas utama.
kromosom raksasa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pasa zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah genetika dan evolusi yang dimana selain mempelajari teori tentang genetika dan evolusi kita juga mempelajari praktikumnya. Yang dimana dalah satu unit praktikum dalam praktikum genetika dan evolusi adalah kromosom raksasa. Dimana dalam mengamati kromosom raksasa yang digunakan adalah larva lalat buah Drosophila melanogaster instar III dan dimana kromosom rakssa pada larva itu terletak pada bagian anteriornya yang tepatnya pada kelenjar ludah. Kkromosom raksasa memiliki ukuran yang lebih besar dari kromosom biasanya.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana bentuk dan morfologi dari kromosom raksasa maka dilakukanlah pecobaan kromosom raksasa ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati kromosom raksasa pada kelenjar ludah larva instar III dari lalat buah (Drosophila melanogaster).
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengamati secara lansung kromosom raksasa pada kelenjar ludah dari larva instar III dari lalat buah (Drosophila melanogaster).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster terbentuk karena proses endomitosis dimana strand kromosom mereplikasi terus menerus tanpa terjadi pembelahan inti. Proses endomitosis menghasilkan bentukan kromosom yang besar dan panjang seperti pita, atau yang biasa disebut kromosom polytene. Dalam anonim disebutkan bahwa kromosom dalam kelenjar ludah Drosophila melanogaster membelah beberapa kali tetapi masing-masing strand tidak membelah. Strand-strand tersebut tetap menempel antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, kromosom raksasa ini memiliki banyak copy gen yang tidak memisah antara satu dengan yang lain, sehingga di dalam satu sel terdapat kopian informasi dari beberapa gen di dalam kromosom. Namun saat terjadi endoreplikasi yang berulang-ulang pada kromosom, ada bagian yang tidak ikut membelah dengan maksimal, yakni daerah sentromer. Sebagai hasilnya, sentromer kromosom tergabung bersama-sama menjadi bentukan padat yang dinamakan sentrosenter (Gardner, 1991).
Kromosom ini disebut kromosom raksasa karena sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase yang memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu replikasi yang menghasilkan banyak kromosom yang tidak terpisah satu dengan yang lain. Struktur kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap. Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang renggang sedangkan pita gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat, mengalami kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan. DNA umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap (Kimball, 1990).
Dalam sel yang sedang membelah, kromosom biasanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa. Akan tetapi untuk mempelajari struktur halusnya, harus digunakan sebuah mikroskop elektron, karena dapat memberikan perbesaran jauh lebih kuat. Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom tubuh) dan kromosom kelamin (kromosom seks). Kecuali beberapa hewan tertentu, maka kebanyakan makhluk memiliki sepasang kromosom kelamin dan sisanya merupakan autosom. Lalat buah (Drosophila melanogaster) yang sering digunakan untuk penyelidikan genetika mempunyai 8 kromosom, 6 autosom dan 2 kromosom kelamin (Suryo, 1986).
Untuk mendapatkan kromosom raksasa ini perlu didapatkan terlebih dahulu kelenjar ludah larva instar 3 Drosophila melanogaster. Kelenjar ludah ini terletak di daerah antara kepala dengan leher. Warna kelenjar ludah adalah transparan dan akan berubah menjadi keruh saat ditetesi larutan fiksatif FAA. Kelenjar ludah Drosophila melanogaster berjumlah sepasang dengan bentuk seperti ginjal. Sebelum diamati, terlebih dahulu kelenjar ludah yang telah didapatkan ditetesi dengan acetocarmin. Pemberian acetocarmin ini bertujuan untuk memberikan pewarnaan pada kromosom sehingga kromosom lebih mudah diamati. Kromosom raksasa yang ditemukan berwarna transparan dengan suatu ciri yang khas yang mudah dikenali, yaitu terdapat garis-garis pita gelap dan terang berseling teratur. Dengan perbesaran mikroskop lemah, kromosom ini sudah dapat diamati dengan cukup jelas (Iqbal, 2007).
Jenis kelamin kita merupakan salah satu karakter fenotipik kia yang lebih nyata. Meskipun perbedaan anatomis dan fisiologis antara pria dan wanita banyak, dasar kromosom seksnya sedikit lebih sederhana. Pada manusia dan mamalia lain, seperti pada lalat buah, ada dua varietas kromosom seks dilambangkan dengan X dan Y. Seseorang yang mewarisi dua sifat X, satu dari masing-masing orang tuanya biasanta berkembang dari sebuah zigot yang mengandung satu kromosom X dan satu kromosom Y. Disamping dalam menentukan jenis kelamin, kromosm seks, terutama kromosom X, memiliki gen-gen untuk banyak karakter yang tidak berkaitan dengan seks (Campbell, 2001).
Kromosom raksasa biasanya ditemukan pada stadium larva. Hal ini dapat dimengerti karena dengan adanya replikasi kromosom yang berulang-ulang (untuk membentuk kromosom raksasa) ini akan menguntungkan bagi larva yang sedang tumbuh dengan cepat daripada jika sel tersebut tetap diploid. Pembentukan kromosom raksasa tidak hanya terjadi pada kelenjar ludah larva prepupa Drosophila melanogaster tetapi juga terjadi pada sel-sel perawat pada ovarium, sel folikel yang mengelilingi oosit, sel-sel lemak, sel usus dan histoblas abdominal. Jadi selain pada kelenjar ludah, kromosom raksasa juga ditemukan pada sel-sel tersebut. Perbedaannya adalah pada letak penggembungan. Seperti halnya kromosom biasa lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut (Iqbal, 2007).
Kromosom raksasa biasanya ditemukan pada stadium larva. Hal ini dapat dimengerti karena dengan adanya replikasi kromosom yang berulang-ulang (untuk membentuk kromosom raksasa) ini akan menguntungkan bagi larva yang sedang tumbuh dengan cepat daripada jika sel tersebut tetap diploid. Pembentukan kromosom raksasa tidak hanya terjadi pada kelenjar ludah larva prepupa Drosophila melanogaster tetapi juga terjadi pada sel-sel perawat pada ovarium, sel folikel yang mengelilingi oosit, sel-sel lemak, sel usus dan histoblas abdominal. Jadi selain pada kelenjar ludah, kromosom raksasa juga ditemukan pada sel-sel tersebut. Perbedaannya adalah pada letak penggembungan. Seperti halnya kromosom biasa lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut (Anonim, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat, 13 Oktober 2009
Waktu : Pukul 09.10 s.d 10.40 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai II Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Cawan Petri
c. Pinset
d. Objek glass
e. Deck glass
f. Bunsen
2. Bahan
a. Larva instar III lalat buah (Drosophila melanogaster)
b. Acetokarmin
c. NaCL fisiologis
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengeluarkan larva Drosophila melnogaster dari mediumnya.
3. Memasukkan larva ke dalam cawan petri yang berisi NaCL fisiologis.
4. Meletakkan segera larva di atas object glass dan menggambar morfologinya.
5. Selanjutnya memotong bagian kepala larva dengan silet dan meletakkan di objek glass dan menutup dengan deck glass, dan mengamati di bawah mikroskop.
6. Mengambil kembali kepala larva dan melakukan kegiatan seperti nomor 4 namun ditetesi dengan acetokarmin.
7. Memfiksasi sampai zat warna mengering di atas Bunsen.
8. Mengamati dengan menggunakan mikroskop binokuler.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
B. Pembahasan
Pada praktikum genetika dan evolusi pada kesempatan ini, kami akan melakukan percobaan tentang kromosom raksasa. Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah larva instar III dari lalat buah (Drosophila melanogaster). Yang akan diamati pada larva lalat buah tersebut adalah bagian anteriornya yang dimana pada daerah anterior tersebut terdapat kelenjar ludah yang dimana pada kelenjar ludah tersebut terdapat kromosom raksasa. Kromosom ini disebut kromosom raksasa karena sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase yang memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis. Struktur kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap. Diamana pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang jarang-jarang atau longgar sedangkan pita gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat. Kelenjar ludah ini terletak di daerah antara kepala dengan leher pada bagian anterior larva. Kelenjar ludah lalat buah (Drosophila melanogaster) berjumlah dua buah atau sepasang dengan bentuk seperti ginjal. Sebelum diamati, terlebih dahulu kelenjar ludah yang telah didapatkan ditetesi dengan acetocarmin. Pemberian acetocarmin ini berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada kromosom sehingga kromosom lebih mudah untuk diamati. Dengan perbesaran mikroskop lemah, kromosom ini sudah dapat diamati dengan cukup jelas. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat diketahui bahwa kromosom raksasa yang ditemukan pada kelenjar ludah lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki bentukan yang besar dan panjang. Berbeda dengan kromosom yang biasa, kromosom raksasa ini dapat diamati pada mikroskop dengan perbesaran lemah. Secara umum, kromosom raksasa ini sama dengan kromosom biasa, salah satu perbedaan terletak pada proses terbentuknya dan jumlah lengannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kromosom raksasa adalah kromoson yang ukurannya lebih besar dari kromosom biasa. Memiliki 2 lengan atau lebih. Pada kelenjar ludah dari larva Drosophila melanogaster instar III memiliki bentuk seperti benang, ukurannya lebih panjang dibandingkan ukuran kromosom pada umumnya.
B. Saran
a. Laboratorium
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium atau laboran adalah hendaknya laboran dapat lebih melengkapi semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Asiasten
Hendaknya asisten lebih memperhatikan lagi praktikannya dalam melakukan percobaan agar semua paktikan dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikkum.
c. Praktikan
Para praktikan dalam melakukan praktikum hendaknya dapat bersungguh-sungguh dan tidak main-main agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Kromosom Yang Dipengaruhi Oleh Seks. http://wiki/Gen/seks.or.id Diakses pada tanggal 12 November 2009.
Gardner, E.J, dkk. 1991. Principles of Genetics. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Campbell. 2001. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga
Iqbal, Mochammad. 2007. Pengamatan Kromosom Raksasa pada Drosophila melanogaster. Http://www.bio_um.blogospot.com. Diakses Jum’at, 28 Maret 2008.
Kimball, W, John. 1990. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Manning, Gerard. 2006. A Quick and Simple Introduction to Drosophila melanogaster, (Online), (www.ceolas.org/fly/intro.html, diakses tanggal 10 Maret 2007).
Suryo. 1986. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
siklus hidup lalat buah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pasa zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah genetika dan evolusi yang dimana selain mempelajari teori tentang genetika dan evolusi kita juga mempelajari praktikumnya. Yang dimana dalah satu unit praktikum dalam praktikum genetika dan evolusi adalah mengamati siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster). Lalat buah dalam perkemangannya menjadi lalat buah dewasa melalui beberapa fase yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Pada fase larva pada lalat buah memiliki 4 instar, yaitu larva instar I-IV (prepupa).
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana perkembangan lalat buah dari telur hingga menjadi lalat buah dewasa (Drosophila melanogaster) atau siklus hidup lalat buah, maka dilakukanlah praktikum ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui siklus hidup dari lalat buah (Drosophila melaoigaster).
C. Manfaat
Manfaat praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui siklus hidup dari lalat buah (Drosophila melanogaster) dan agar mahasiswa dapat membedakan antara lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan dan betina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan variasi. Unit-unit herediter yang ditramsmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (dengan kata lain diwariskan) disebut gen. Gen terletak dalam molekul-molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada di dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang ditemukan di dalam nucleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode informasi bagi produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas bereplikasi sendiri. Terkadang, bias terjadi perubahan spontan pada suatu DNA. Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan produksi protein yang salah satu tidak lengka (Stansfield, 2007).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mungkin bagi kebanyakan orang merupakan hewan yang mengganggu dan menjijikan apalagi hewan ini sering kali menjadi musuh bagi para penjual buah-buahan maupun penjual minuman “jus”. Kehadirannya akan membuat para pembeli enggan membeli buah atau jus bila tempat menyimpan buah-buahan ataupun sisa buah yg busuk atau kulit buah yang dibuang di tempat sampah banyak dikerumuni oleh lalat ini. Namun siapa sangka, lalat buah di tangan orang biologi terutama bagi orang yang berkecimpung dalam bidang Genetika justru lalat buah menjadi “hewan primadona”. Ya..ya lalat ini memgang peranan yang penting dalam beberapa pengujian genetika, seperti dalam pengujian Hipotesis Mendel, baik Hukum Mendel 1 atau Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II atau Hukum Pemisahan Secara Bebas, pautan seks, crossing over, kromosm politen dan lain sebagainya (Anonima, 2009).
Untuk pemeliharaan stock Drosophila melanogaster dapat digunakan berbagai macam-macam medium. Medium yang m ula-mula dipergunakan adalah campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon dengan perbandingan 6 : 1. Medium tersebut dipakai selama lebih dari 15 tahun. Pada tahun 1984 mulai digunakan beberapa medium yang dicobakan untuk dapat pula ppemeliharaan jenis-jenis Drosiphila lainnya dan beberapa tahun terakhir ini telah digunakan resep yang baru. Hal ini disebabkan oleh karena kualitas tape dan pisang ambon yang tidak seragam, sehingga dirasakan perluuntuk memperoleh medium yang lebih padat dan dapat diandalkan. Resep baru yang akan dipakai merupakan modifikasi dari resep yang telah ada dan yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia (Hartati, 2009).
Panen telur pada lalat buah dilakukan sejak lalat berumur 10 hari selama satu-tiga minggu. Botol pengumpul telur dipasang pada lubang yang telah tersedia pada kurungan. Botol pengumpul telur, yang merupakan buah tiruan, adalah botol plastik ukuran Ø 5 x 30 cm, dindingnya berlubang-lubangan Ø 0,2 – 0,5 mm dengan kerapatan 1 x 1 cm. Sebelum dipasang, botol diisi potongan karet busa jenuh air atau jus buah untuk menarik lalat, dan untuk mempertahankan kelembapan di dalam botol, agar telur yang diletakkan tidak mengalami kekeringan. Botol dipasang selama 24 jam, biasanya mulai 08.00 pagi. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dengan ovipositornya kedalam lubang-lubang di dinding botol, sehingga massa telur akan terkumpul pada lubang-lubang tersebut. Panen telur dilakukan pagi hari berikutnya. Telur dikumpulkan dengan cara membasuh permukaan dalam botol, dan menampungnya di atas nampan, kemudian disaring. Karena telur yang bernas tenggelam, maka dapat dengan mudah dipisahkan dari yang rusak. Massa telur yang dihasilkan dapat diukur secara volumetric, satu cc telur berisi ± 18.000 butir.
Pengujian mutu telur dapat dilakukan dengan mengamati persentase pene-tasannya. Dari massa telur diambil sampel 4 x 100 butir untuk diletakkan di atas kertas saring warna gelap yang jenuh air. Kertas diletakkan di atas cawan Petri dan diinkubasi selama 2 x 24 jam. Jumlah telur yang menetas diamati di bawah mikroskop (Anonimb, 2009).
Dalam sejarah genetika sebagai ilmu, relative hanya baru-baru ini sajalah DNA menjadi pusat perhatian. Lebih dulu, perhatian dipusatkan pada hereditas, yaitu pada pola-pola pewarisan sifat yang ada (mata biri, warna merah bunga, ekor pendek) dari induk ke keturunananya. Diperkirakan bahwa sifat-sifat yang diwariskan ini diatur oleh gen-gen ditata secara linear sepanjang kromosom pada hewan dan tumbuhan tinggi. Disusunlah “peta” urutan gen pada kromosom, dan ditelitilah banyak rincian mengenai penurunana atau transmisigen dari generasi ke generasi, jauh sebelum banyak yang diketahui tentang apa gen itu dan bagaimana kerjanya (Goodenough, 1988).
Orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan silang adalah Gregor Mendel seorang rahib Austria yang hidup pada tahun1822-1884 di sebuah biara laki-laki di kota kecil brunn. Dia dating di biara itu pada tahun 1851 sebagai anak miskin. Dalam tahun 1851 ia dikirim ke universitas wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi ia tidak mendapatkan nilai baik untuk fisika dan matematika (Suryo, 2006).
Seorang ahli genetika bernama Morgan meneliti pada pembastaran lalat buah. Ia membastarakan lalat buah jantan mata putih (disingkat jantan putih) dengan lalat buah betina mata merah (disingkat beina merah). Diperoleh keturunan F1 yang semuanya mata merah, baik yang jantan maupun yang betina. Bila jantan F1 (mata merah) dibastarrkan dengan betina F1 (mata merah), akan diperoleh keturunan F2 : 3 bagian mata merah, dan 1 bagian mata putih. Jadi di sini mata merah dominan terhadap mata putih. Dari turunana F2 yang diperoleh tadi, yang betina semuanya mata merah, serta yang jantan 50% mata merah dan 50% mata putih (Prawoto, 1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Sabtu 16 Oktober 2009
Waktu : Pukul 09.10 s/d 10.40 WITA
Tempat : Green House Jurusan Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kantong plastik
2. Bahan
a. Medium Lalat buah (Drosophila melanogaster)
C. Prosedur Kerja
1. Menangkap lalat buah sebanyak-banyaknya untuk dimasukkan ke dalam biakan medium yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya.
2. Memasukkan lalat buah yang telah ditangkap ke dalam medium yang telah disediakan.
3. Mengamati perubahan yang terjadi pada medium, dan mencatat kapan mulai adanya telur, larva dari instar hingga berbentuk imago dengan melakukan pengamatan secara periodik dari 4-6 jam sekali.
4. Menggunakan Lup atau mikroskop untuk dapat membedakan fase siklus hidup lalat buah.
5. Membedakan ciri antara lalat buah jantan dan betina.
6. Melaporkan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
Lalat ♀ Lalat ♂
Pupa Embrio
Larva instar I
Prepupa Larva instar II
Larva instar III
B. Pembahasan
Percobaan kedua pada praktikum genetika dan evolusi adalah mengamati siklus hidup dari lalat buah (Drsophila melanogaster). Dimana untuk mengamati sikslus hidupnya terlebih dahulu kita harus menangkap lalat buahnya dan menaruhnya ke dalam medium yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya. Setelah itu menunggu keadaan lalat sehingga menghasilkan embrio selama seminggu. Tapi dalam jangka waktu seminggu lalat yang ada dalam medium tidak melakukan perkembangbiakan. Bukannya bertelur malahan lalat tersebut mati. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh keadaan medium yang memiliki begitu banyak kekurangan. Setelah pengamatan dengan medium buatan gagal, maka kami beralh dengan menggunakan medium alami. Dalam hal ini saya menggunakan kulit buah mangga. Dan alhasil lalat buah itu masu dengan sendirinya ke dalam medium tanpa harus bersusah payah untuk menangkapnya. Dalam perkembangannya lalat buah melalui beberapa fase yaitu dimulai dari fase telur (embrio) → larva (4 instar) → pupa → lalat buah kecil → lalat buah dewasa.
Telur dari lalat buah berbentuk bulat lonjong ukurannya sekitar ± 0,5 mm, berwarna putih susu, pada ujung anteriornya memiliki 2 tangkai kecil yang menyerupai sendok yang biasanya terdapat pada permukaan media agar telur tidak tenggelam dan telur atau embrio berumur ± 24 jam. Fase larva paa lalat buah memiliki 4 tahapan yaitu larva instar 1-4. Larva instar I berbentuk pipuh lonjong, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, tidak memiliki spirakel anterior, berumur ± 2 hari. Larva insta II berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2 mm, telah memiliki mulut dan berwarna hitam untuk makan, memiliki spirakel anterior dan berumur ±2 hari. Larva insar III masih tetap berbentu lonjong pipih, berwarna putih, berbentuk dan bergerak seperti cacing. Mulut dan gigi berwarna hitamnya lebih besar dan jelas terlihat dibandingkan dengan larva instar II, ukurannya ± 3-4 mm, telah terdapat tonjolan pada spirakel anteriornya dan umurnya ± 3 hari. Larva instar IV atau mungkin disebut pre pupa terbentuk setelah larva instar III menyerap pada dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri, berwarna putih kutikula keras dan memendek, tidak memiliki kepala dan sayap. Pupa lalat buah tidak aktif bergerak, pupa melekatkan diri pada dinding botol berwarna coklat, kutikula keras memenek dan bersegmen. Imago, tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen, bersayap transparan, memiliki memiliki mata majemuk biasanya berwarna merah dan cirri-ciri lainnya menyerupai lalat buah dewasa (Anonim, 2009).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini siklus hidup lalat buah melalui beberapa fase untuk menjadi lalat buah dewasa yaitu dimulai dari fase embrio (telur) → larva instar I → larva instar II → larva instar III → larva instar IV (prepupa) → pupa → imago (lalat buah muda) → lalat buah dewasa.
B. Saran
a. Laboratorium
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium atau laboran adalah hendaknya laboran dapat lebih melengkapi semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Asiasten
Hendaknya asisten lebih memperhatikan lagi praktikannya dalam melakukan percobaan agar semua paktikan dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikkum.
c. Praktikan
Para praktikan dalam melakukan praktikum hendaknya dapat bersungguh-sungguh dan tidak main-main agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima.2009. file:///C:/Documents%20and%20Settings/user/My%20Documents/Lili
S%20FiLe/teknik-pembiakan-massal-hama-lalat-buah.html. Diakses pada
hari senin 19 Oktober 2009
Anonimb. 2009. www.duniasatwa.com/forums/archive/index.php/t-102.html. Diakses
pada hari senin 19 Oktober 2009
Goodenough, Ursula. 1988. Genetika Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta. Erlangga.
Hartati. S.si, M.Si. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM
Prawoto, Drs. 1994. Genetika dan Evolusi. Jakarta. Depdikbud
Suryo, Ir. 2005. Genetika Strata I. Yogyakarta. UGM
Stansfield, William. 2006. Genetika Edisi keempat. Jakarta. Erlangga.
medium pemeliharaan lalat buah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pasa zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah genetika dan evolusi yang dimana selain mempelajari teori tentang genetika dan evolusi kita juga mempelajari praktikumnya. Yang dimana dalah satu unit praktikum dalam praktikum genetika dan evolusi adalah medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster). Untuk memelihara lalat buah dapat kita menggunakan berbagai macam medium. Ada medium campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon, ada juga medium campuran pisang ambon, agar-agar, gula merah, ragi, nipagin, sorbic acid, dan aquadest dan diamana medium yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah medium yang kedua.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster), maka dilakukanlah praktikum ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melaoigaster).
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaiman cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan variasi. Unit-unit herediter yang ditramsmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (dengan kata lain diwariskan) disebut gen. Gen terletak dalam molekul-molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada di dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang ditemukan di dalam nucleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode informasi bagi produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas bereplikasi sendiri. Terkadang, bias terjadi perubahan spontan pada suatu DNA. Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan produksi protein yang salah satu tidak lengka (Stansfield, 2007).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mungkin bagi kebanyakan orang merupakan hewan yang mengganggu dan menjijikan apalagi hewan ini sering kali menjadi musuh bagi para penjual buah-buahan maupun penjual minuman “jus”. Kehadirannya akan membuat para pembeli enggan membeli buah atau jus bila tempat menyimpan buah-buahan ataupun sisa buah yg busuk atau kulit buah yang dibuang di tempat sampah banyak dikerumuni oleh lalat ini. Namun siapa sangka, lalat buah di tangan orang biologi terutama bagi orang yang berkecimpung dalam bidang Genetika justru lalat buah menjadi “hewan primadona”. Ya..ya lalat ini memgang peranan yang penting dalam beberapa pengujian genetika, seperti dalam pengujian Hipotesis Mendel, baik Hukum Mendel 1 atau Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II atau Hukum Pemisahan Secara Bebas, pautan seks, crossing over, kromosm politen dan lain sebagainya (Anonima, 2009).
Untuk pemeliharaan stock Drosophila melanogaster dapat digunakan berbagai macam-macam medium. Medium yang m ula-mula dipergunakan adalah campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon dengan perbandingan 6 : 1. Medium tersebut dipakai selama lebih dari 15 tahun. Pada tahun 1984 mulai digunakan beberapa medium yang dicobakan untuk dapat pula ppemeliharaan jenis-jenis Drosiphila lainnya dan beberapa tahun terakhir ini telah digunakan resep yang baru. Hal ini disebabkan oleh karena kualitas tape dan pisang ambon yang tidak seragam, sehingga dirasakan perluuntuk memperoleh medium yang lebih padat dan dapat diandalkan. Resep baru yang akan dipakai merupakan modifikasi dari resep yang telah ada dan yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia (Hartati, 2009).
Panen telur pada lalat buah dilakukan sejak lalat berumur 10 hari selama satu-tiga minggu. Botol pengumpul telur dipasang pada lubang yang telah tersedia pada kurungan. Botol pengumpul telur, yang merupakan buah tiruan, adalah botol plastik ukuran Ø 5 x 30 cm, dindingnya berlubang-lubangan Ø 0,2 – 0,5 mm dengan kerapatan 1 x 1 cm. Sebelum dipasang, botol diisi potongan karet busa jenuh air atau jus buah untuk menarik lalat, dan untuk mempertahankan kelembapan di dalam botol, agar telur yang diletakkan tidak mengalami kekeringan. Botol dipasang selama 24 jam, biasanya mulai 08.00 pagi. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dengan ovipositornya kedalam lubang-lubang di dinding botol, sehingga massa telur akan terkumpul pada lubang-lubang tersebut. Panen telur dilakukan pagi hari berikutnya. Telur dikumpulkan dengan cara membasuh permukaan dalam botol, dan menampungnya di atas nampan, kemudian disaring. Karena telur yang bernas tenggelam, maka dapat dengan mudah dipisahkan dari yang rusak. Massa telur yang dihasilkan dapat diukur secara volumetric, satu cc telur berisi ± 18.000 butir.
Pengujian mutu telur dapat dilakukan dengan mengamati persentase pene-tasannya. Dari massa telur diambil sampel 4 x 100 butir untuk diletakkan di atas kertas saring warna gelap yang jenuh air. Kertas diletakkan di atas cawan Petri dan diinkubasi selama 2 x 24 jam. Jumlah telur yang menetas diamati di bawah mikroskop (Anonimb, 2009).
Dalam sejarah genetika sebagai ilmu, relative hanya baru-baru ini sajalah DNA menjadi pusat perhatian. Lebih dulu, perhatian dipusatkan pada hereditas, yaitu pada pola-pola pewarisan sifat yang ada (mata biri, warna merah bunga, ekor pendek) dari induk ke keturunananya. Diperkirakan bahwa sifat-sifat yang diwariskan ini diatur oleh gen-gen ditata secara linear sepanjang kromosom pada hewan dan tumbuhan tinggi. Disusunlah “peta” urutan gen pada kromosom, dan ditelitilah banyak rincian mengenai penurunana atau transmisigen dari generasi ke generasi, jauh sebelum banyak yang diketahui tentang apa gen itu dan bagaimana kerjanya (Goodenough, 1988).
Orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan silang adalah Gregor Mendel seorang rahib Austria yang hidup pada tahun1822-1884 di sebuah biara laki-laki di kota kecil brunn. Dia dating di biara itu pada tahun 1851 sebagai anak miskin. Dalam tahun 1851 ia dikirim ke universitas wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi ia tidak mendapatkan nilai baik untuk fisika dan matematika (Suryo, 2006).
Seorang ahli genetika bernama Morgan meneliti pada pembastaran lalat buah. Ia membastarakan lalat buah jantan mata putih (disingkat jantan putih) dengan lalat buah betina mata merah (disingkat beina merah). Diperoleh keturunan F1 yang semuanya mata merah, baik yang jantan maupun yang betina. Bila jantan F1 (mata merah) dibastarrkan dengan betina F1 (mata merah), akan diperoleh keturunan F2 : 3 bagian mata merah, dan 1 bagian mata putih. Jadi di sini mata merah dominan terhadap mata putih. Dari turunana F2 yang diperoleh tadi, yang betina semuanya mata merah, serta yang jantan 50% mata merah dan 50% mata putih (Prawoto, 1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat 15 Oktober 2009
Waktu : Pukul 09.10 s/d 10.40 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai II Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan
b. Baskom
c. Pengaduk
d. Kompor gas
e. Botol Kultur
f. panci
g. Pisau
h. Gelas ukur
i. Lumpang dan alu
2. Bahan
a. Pisang ambon
b. Gula merah
c. Agar-agar
d. Aquadest
e. Ragi
f. Nipagin
g. Sorbic acid
h. Plastik
i. Karet gelang
j. Ketas saring
C. Prosedur Kerja
1. Menyediakan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengupas kulit pisang ambon lalu memutongnya kecil-kecil lalu ditimbang.
3. Menghaluskan pisang ambon yang telah dipitong kecil hingga betul-betul halus dengan menggunakan lumpang dan alu.
4. Mencampurkan gula merah dengan aquadest lalu memasaknya hingga larut dan mendidih.
5. Mencampurkan agar-agar dan pisang ambon yang telah di haluskan ke dalam campuran gula merah dan aquadest yang telah mendidih, kemudian mengaduknya hingga rata sampai matang.
6. Membiarkan adonan mendidih selama ± 15 menit.
7. Melarutkan ragi roti tersebut ke dalam air dan mencampurkannya ke dalam adonan yang sudah mulai menurun sekitar 400C.
8. Mencampurkan anti jamur yang telah dipersiapkan sebelumnya.
9. Menuangkan adonan yang masih panas ke dalam botol kultur yang telah disterilkan terlebih dahulu.
10. Memasukkan kertas saring ke dalam botol kultur yang telah di beri adonan.
11. Botol biakan siap diperguakan apabila telah dingin.
B. Pembahasan
Percobaan petama pada praktikum genetika dan evolusi adalah membuat medium pemeliharaan lalat buah (Drsophila melanogaster). Dimana dalam pembuatan medium pemeliharaannya digunakan berbagai macam bahan. Bahan yang digunakan yaitu pisang ambon, agar-agar, gula merah, ragi, nipagin, sorbic acid dan aquadest. Bahan ini kemudian diolah sesuai dengan prosedur kerja yang ada. Bahan yang digunakan memiliki peranan yang penting dimana pisang ambon dan gula merah berfungsi sebagai sumber karbohidrat, agar-agar digunakan agar adonan yang dihasilkan lebih padat, ragi berfungsi untuk mengembangkan aadonan, nipagin sebagai anti jamur, sorbic acid untuk mencegah timbulnya bakteri, dan aquadest berfungsi sebagai pelarut. Setiap bahan memiliki takaran masing-masing sesuai dengan jumlah botol kultur yang akan dijadikan media pemeliharaan. Per 30 botol medium digunakan 300 gram pisang ambon, 7 gram agar-agar, 150 gram gula merah, 20 gram ragi, 7 ml nipagin, 5 ml sorbic acid dan 411 ml aquadest. Karena pada percobaan kali ini kami menggunakan 60 botol kultur yang akan dijadikan medium, maka setiap takaran bahan dapat dikali 2 agar dapat mencukupi semua wadah atau botol kultur.
Adapun Fungsi masing-masing alat yang digunakan adalah :
1. Timbangan berfungsi sebagai alat unruk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan.
2. Baskom berfungsi sebagai alat untuk menyimpan bahan-bahan yang telah ditimbang.
3. Pengaduk berfungsi sebagai alat untuk mengaduk bahan yang telah dicampurkan di dalam panci pada saat dimasak.
4. Kompor gas berfungsi sebagai alat untuk memasak bahan-bahan hingga mendidih.
5. Botol kultur berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan medium pemeliharaan lalat buah.
6. Panic berfungsi sebagai wadah untuk menampung campuran bahan yang akan di masak dan di didihkan.
7. Pisau berfingsi sebagai alat untuk memotong-motong bahan yang digunakan.
8. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah untuk menampung bahan yang bersifat cair.
9. Lumpang dan alu berfungsi sebagai alat untuk menghaluskan pisang ambon.
10. Gunting berfungsi sebagai alat untuk memotong kertas saring dan plastik.
Medium yang telah selesai di buat masih banyak memiliki kekurangan karena lalat buah yang di masukkan ke dalam medium sebagian besar mati atau meninggal. Sehingga tidak dapat berkembang biak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah tidak dilakukan secara asala-asalan melainkan setiap bahan memiliki takaran tertentu.
B. Saran
a. Laboratorium
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium atau laboran adalah hendaknya laboran dapat lebih melengkapi semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Asiasten
Hendaknya asisten lebih memperhatikan lagi praktikannya dalam melakukan percobaan agar semua paktikan dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikkum.
c. Praktikan
Para praktikan dalam melakukan praktikum hendaknya dapat bersungguh-sungguh dan tidak main-main agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima.2009. file:///C:/Documents%20and%20Settings/user/My%20Documents/Lili
S%20FiLe/teknik-pembiakan-massal-hama-lalat-buah.html. Diakses pada
hari senin 19 Oktober 2009
Anonimb. 2009. www.duniasatwa.com/forums/archive/index.php/t-102.html. Diakses
pada hari senin 19 Oktober 2009
Goodenough, Ursula. 1988. Genetika Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta. Erlangga.
Hartati. S.si, M.Si. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM
Prawoto, Drs. 1994. Genetika dan Evolusi. Jakarta. Depdikbud
Suryo, Ir. 2005. Genetika Strata I. Yogyakarta. UGM
Stansfield, William. 2006. Genetika Edisi keempat. Jakarta. Erlangga.
pantangan
KELURGA BESAR PASI sebuah keluarga dari daerah Jeneponto tepatnya berlokasi di Tamanroya Kel. Tamanroya, Kec. Tamalatea, Kab. Jeneponto, Sulawesi Selatan, Indonesia. Merupakan kelurga besar Karena memiliki begitu banyak anggota keluarga mulai dari kalangan pejabat (orang terpandang) sampai petani dan penganguran.
Keturunan dari keluarga besar ini tidak di izinkan untuk memakan ikan sunu yang berbintik-bintik (korotong), karena konon katanya jika ada keturunan keluarga ini yang memakan ikan korotong tersebut, maka tubuhnya akan kering, kusam dan seakan bersisik. Hal tersbut dikarenakan oleh dahulu kala moyang keluarga besar ini pernah ditolong oleh ikan korotong besar pada waktu dia diasingkan dan dibuang kelaut oleh para gerombolan para penjajah saat masa penjajahan. Moyang bersumpah dan berkata dalam sumpahnya moyang mengharamkan keturunannya sampai keturunan ke-7 memakan ikan sejenis itu dan bermula dari situ keturunan dari keluarga ini tidak diizinkan untuk memakan ikan seperti itu.
Tetapi ada beberapa orang yang kemungkinan mengabaikan perintah itu atau mungkin belum mengetahuinya. Meraka memakan ikan yang mungkin sejenis dengan ikan yang diharamkan itu bagi kelurganya dan alhasil kulit meraka kering kusam dan seakan bersisik (dalam bahasa Makassar kurusissili)
Saya sebagai salah satu keturunan dari keluarga ini sangat berhati-hati untuk memakan ikan yang berbintik atau belang karena takut bernasib sama dengan sepupu yang telah mengalami hal yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu yang merasa keturunan dari keluarga ini berhati-hatilah jika hendak memakan ikan jangan sampai ikan yang hendak kau makan adalah ikan yang dilarang untuk di komsumsi dalam keluarga besarmu.
Senin, 28 Desember 2009
tape ketan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pasa zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah Pengantar bioteknologi. Dimana bioteknologi disini dibagi ke dalam bioteknologi modern dan bioteknologi konvensional. Salah satu contoh bioteknologi konvensional adalah pembuatan Tape. Dimana dalam pembuatan tape beralngsung proses fermentasi. Tape dibuat tidak hanya sehari langsung jadi, tetapi diperlukan waktu berhari-hari untuk proses fermentasinya.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan tape, maka dilakukanlah praktikum ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaiman cara pembuatan tape ketan.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaiman cara membuat tape yang terbuat dari beras ketan..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Dalam proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang melibatkan jamur Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida. Selain Saccharomyces cerivisiae, selain jamur dalam proses pembuatan tape terlibat juga mikroorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa) (Anonim, 2009b)
Fermentasi yang terjadi yaitu perubahan pati menjadi gula dan oleh ragi gula diubah menjadi alkohol sehingga ketan menjadi lunak, berair, manis dan berbau alkohol.
Reaksi:
2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11
Amilum/pati amilase maltosa
C12H22O11 + H2O → 2 C6H12O6
Maltosa maltase glukosa
C6H12O6 → 2 C2H5OH + CO2
Glukosa alkohol (Anonima, 2009)
Pengetahuan tentang mikrobia tidak dimulai sampai ditemukannya mikroskop pada pertengahan abad ke 16 oleh Antonie Van Leeuwenhoek. Ia merupakan orang pertama melihat fungi, bakteri dan protozoa melalui mikroskop yang dibuatnya. Akhir abad ke-19 merupakan saat ketika pertama kali ditemukannya peranan mikrobia terhadap lingkungan dan kedokteran (Ali, 2005).
Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Duni mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme: bakteri, protozoa, virus serta algae dan cendawan mikroskopis. Dalam bidang mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini, di mana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengendaliannya, dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa di antranya bermanfaat dan yang lain merugikan (Michael, 2007).
Ragi tape adalah medium yang baik bagi jamur pemecah pati membentuk alkohol seperti Chlamudomucor oryzae, Mucor sp, Rhyzopus Oryzae, Hansenula sp, Saccharomyces cereviseae dan candida sp. Fermentasi yang terjadi yaitu perubahan pati menjadi gula dan oleh ragi gula diubah menjadi alkohol sehingga ketan menjadi lunak, berair, manis dan berbau alkohol (Anonim, 2009a)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa 11 November 2009
Waktu : Pukul 10.00 s.d 12.30 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Lantai II Barat Jurusan Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Panci
b. Kompor
c. Talang
d. Sendok
e. plastik
f. Toples
g. Isolasi
2. Bahan
a. Beras ketan hitam
b. Ragi
c. Air
C. Prosedur Kerja
1. Mencuci bersih semua peralatan yang akan digunakan, lalu mengeringkannya
2. Mencuci bersih beras ketan yang akan digunakan
3. Merendam beras ketan tersebut selama ±12 jam.
4. Setelah direndam selama ± 12 jam, kemudian mengangkat beras ketan tersebut lalu membilasnya dengan air beberapa kali
5. Mengukus beras ketan tersebut sampai matang
6. Mengangkat beras ketan yang telah matang, lalu meletakannya ke dalam talang.
7. Mencampurnya dengan ragi secukupnya, lalu mendiamkannya hingga dingin.
8. Setelah dingin, membentuk bulat-bulat ketan yang telah dicampur ragi dengan menggunakan plastik agar tidak lengket, lalu memasukkannya ke dalam toples.
9. Menyimpan selama 2-3 hari pada suhu kamar kemudian memeriksa isinya, bila sudah berbau alkohol dan mengeluarkan air berarti fermentasi sudah berlangsung.
10. Dan tape siap untuk dikomsumsi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pembuatan Tape Ketan
Beras Ketan direndam selama ± 12 jam.
Mengukus sampai matang.
Mengangkat beras ketan yang telah matang, lalu letakkan di atas tampah atau
baskom, dan mendinginkannya dengan cara mengipasinya.
Setelah dingin mencampurkan ragi yang telah dihaluskan mengaduk sampai
merata.
Membentuk bulat-bulat ketan yang telah dicampur ragi dengan bantuan
plastik
Menyimpan selama 2-3 hari pada suhu kamar kemudian memeriksa isinya,
bila sudah berbau alkohol dan mengeluarkan air berarti fermentasi sudah
berlangsung.
B. Pembahasan
Percobaan yang ketiga pada praktiukum pengantar bioteknologi adalah unit pembuatan tape. Bahan baku atau bahan dasar dari pembuatan tape adalah beras ketan, selain dari beras ketan bahan yang bisa digunakan adalah ubi kayu. Dalam pembuatan tape berlangsung proses fermentasi yang memerlukan jasa mikorganisma. Setidaknya terlibat beberapa mikroorganisme dalam proses fermentasi dalam pembuatan tape yaitu mikrobia perombak pati menjadi gula yang menjadikan tape pada awal fermentasi terasa manis. Mikrobia yang dianggap penting dalam proses fermentasi tape adalah Endomycopsis fibuliger dan beberapa jamur dalam jumlah kecil. Adanya gula menyebabkan mikrorganisme yang menggunakan sumber karbon gula dapat tumbuh dan menghasilkan alkohol. Yang termasuk dalam kelompok mikroorganisme yang menggunakan sumber karbon gula adalah Saccharomyces dan Cabdida yang menyebabkan tape berubah menjadi alkoholik. Adanya alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebakan rasa masam pada tape yang diproduksi
Reaksi:
2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11
Amilum/pati amilase maltosa
C12H22O11 + H2O → 2 C6H12O6
Maltosa maltase glukosa
C6H12O6 → 2 C2H5OH + CO2
Glukosa alkohol (Anonima, 2009)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan kali ini yaitu dalam proses pembuatan tape di dalamnya berlangsung proses fermentasi yang melibatkan berbagai macam mikroorganisme dan jamur. Fermentasi tape dapat berlangsung selama ±3-4 hari.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum selanjutnya yaitu diharapkan kepada praktikan untuk lebih memperhatikan bagaimana cara pembuatan tape, agar mahasiswa dapat mengetahuinya dan dapat mengaplikasikannya dalam lingkungan masyarakat sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Alimuddin. 2005 Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press. Makassar.
Anonima,2009. Ragi Tape. http://syahronie.blogspot.com/2008/05/pembuatan-tape-ketan.html. Diakses pada tanggal 13 November 2009.
Anonimb, 2009. Tape. http://abynoel.wordpress.com/2008/08/15/bioteknologi/. Diakses pada tanggal 13 November 2009.
Michael, J. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Pres. Jakarta.
Jumat, 25 Desember 2009
Laporan percobaan alel ganda
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Biologi merupakan ilmu alam yang mengarah kepada pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini.
Cabang ilmu genetika yang merupakan salah satu cabang ilmu dari Biologi sekarang ini juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penurunan sifat yang merupakan cakupan yang paling umum dalam genetika telah menghasilkan penemuan-penemuan terbaru yang patut diperhitungkan. Mutasi, kloning, bayi tabung dan masih banyak lagi rekayasa-rekayasa genetika lainnya mulai di praktekkan oleh para ahli biologi di seluruh dunia.
Beberapa sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda, yaitu warna rambut pada kelinci, warna mata pada Drosophila melanogaster dan golongan darah pada manusia. Namun, pada praktikum kali ini kami hanya melakukan percobaan khususnya mengenai golongan darah pada manusia sebagai herediter yang ditentukan oleh alel ganda karena mudah diperoleh. Selain untuk lebih mengetahui mengenai golongan darah sebagai pengaruh peranan alel ganda, praktikan juga dapat menentukan sendiri golongan darahnya. Bahan utama yang digunakan berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Penentuan golongan darah didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah, yaitu dikenal dengan nama aglutinogen (antigen) dengan mengamati aglutinasi yang terjadi pada cairan darah. Oleh karena itu, perlu dipahami mengenai aglutinogen (antigen), aglutinin (antibodi) dan aglutinasi untuk memudahkan dalam melakukan praktikum.
B. Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengenal beberapa sifat keturunan oleh pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan genotip.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dengan adanya pelaksanaan kegiatan praktikum ini, yaitu praktikan dapat:
1. Mengetahui sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda.
2. Mengenal penggolongan darah ABO.
3. Menentukan golongan darah sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genetika berasal dari bahasa yaitu Yunani γÎννω atau genno yang berarti "melahirkan" merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen. Nama "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906. Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu pewarisan" atau hereditas (Anonim, 2009).
Kita ketahui bahwa pengertian alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan darah pada manusia. Di kenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA IB dapat emproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotype IA IA dan IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotype IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotype IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotype ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen
(Jusuf, 2001).
Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel, sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen. Stanfield (1983) mengatakan “Karena suatu gen dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi, secara teoritis di dalam suatu populasi mungkin dijumpai sejumlah besar alela” (Corebima, 1997).
Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB, dan i (Hartati, 2009).
Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu atau dua antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen –A dan antigen –B, sedangkan dua antibodi disebut anti –A (atau α) dan anti –B (atau β). Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen –A dan –B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan
antigen-antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya (Suryo, 1986).
Ada bermacam golongan darah pada manusia, salah satu contoh itu herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan dengan itu, golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Pada permulan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan, yaitu A, B dan O. Golongan yang keempat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, ialah A. V. von Decastello dan A. Sturli (Suryo, 1984).
Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan. Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen merupakan polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testes dan semen. (Kartolo, 1993).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal :Jumat, 05 November 2009
Waktu :Pukul 09.10 s.d. 10.40 WITA
Tempat :Laboratorium Biologi Lantai II Sebelah Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1. 1 buah plat tetes
2. 1 buah / blood lancet
b. Bahan
1. 1 tetes Darah probandus
2. 1 tetes Anti serum (serum anti –A dan anti –B)
3. Alkohol 70% secukupnya
4. Kapas secukupnya
5. 1 buah Tusuk gigi
C. Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengambil darah dengan membersihkan salah satu ujung jari dengan kapas yang dibasahi alkohol 70% dan membersihkan pula blood lancet dengan alkohol. Membiarkan alkohol mengering.
2. Menusukkan blood lancet ke jari yang telah dibersihkan dengan alkohol.
3. Membuang darah pertama yang keluar dari luka.
4. Meneteskan darah kedua di atas plat tetes yang diberi tanda A dan dan tanda B, kemudian meneteskan serum anti A pada darah (tanda A), dan serum anti B pada darah (tanda B).
5. Mengaduk darah yang telah ditetesi serum anti A dan anti B, mengamati pembekuan darah.
6. Apabila terjadi penggumpalan hanya pada A, maka bergolongan darah A. Bila terjadi penggumpalan pada B maka golongan darah B. Bila terjadi penggumpalan keduanya maka golongan darah AB dan bila tidak ada penggumpalan maka golongan darah O.
7. Mencatat hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No | Nama | Golongan darah |
1 | Suriani | A |
2 | Sri Wahyuni | O |
3 | Magfirah | B |
4 | Namriani | B |
5 | Nurlaela | O |
6 | St. Hadijah | A |
7 | Dewi Karmila Sari | O |
8 | Afianty Karisma | B |
9 | Irmayanti | B |
10 | Wiwin Pamitha A | A |
11 | Hasnah | O |
12 | Nurul Utami H | B |
13 | Eka Ayu Pertiwi | A |
14 | Putri Atirah Azis | B |
15 | St. Jumriana | O |
16 | Benazier Wafieq Siddiq | B |
17 | Budi Astuti | B |
18 | Aliah Amalia Iqbal | B |
19 | Lina | B |
20 | Melli Fitriani | A |
21 | Ulfi Ismail Ali | O |
22 | Chairan Zibal L Parisu | O |
23 | Fauzan Akbar | O |
24 | Raodah M | A |
25 | Muh. Mifta Fausan | A |
26 | Syarif Hidayat A | O |
27 | Winda Nurhandayani | A |
28 | Saparuddin | O |
29 | Lilis Asriani | B |
30 | Mawaddah | B |
31 | Muh. Syarief | A |
32 | Algazali | A |
33 | Jumriani | B |
34 | Nurul Adzmi | A |
35 | Abd. Wahid | B |
36 | Puji Lestari | B |
37 | Irfan Wahid | A |
38 | Sartika | A |
39 | Handayani | O |
40 | Lilis Endriani M | O |
41 | Raya Agni | A |
42 | Anisa | A |
43 | Asriani | B |
44 | Nu Afdaliah Ali | A |
45 | Maulidin Alwi | A |
46 | Riskiani Razak | O |
47 | Kasmawati | O |
Analisis data
x 100% ∑ golongan darah A ∑ data
% golongan darah A =
=
= 36%
% golongan darah B =
=
= 34%
% golongan darah AB =
=
= 0
% golongan darah O =
=
= 30%
B. Pembahasan
Setelah mengikuti praktikum dengan unit Alel Ganda ini, praktikan memiliki pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi golongan darah pada manusia. Hasil dari pengidentifikasian yang dilakukan pada setiap praktikan (probandus) adalah sebagai berikut sebagai berikut:
· Golongan darah A = 17 probandus dengan persentase sebanyak 36%
· Golongan darah B = 16 probandus dengan persentase sebanyak 34%
· Golongan darah AB = 0 probandus dengan persentase sebanyak 0
· Golongan darah O = 13 probandus dengan persentase sebanyak 30%
Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O.
Menurut Jusuf (2001), dikenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA IB dapat memproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotipe IA IA dan IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotipe IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen.
Dalam transfusi darah golongan darah AB dapat menerima sumbangan dari semua golongan darah (tidak akan terjadi penggumpalan), sebaliknya golongan darah O hanya dapat menerima sumbangan dari golongan darah yang sama, golongan darah lainnya akan digumpalkan. Bila dilihat dari sudut donor, golongan darah O dapat menyumbangkan darah untuk semua golongan darah, sedangkan golongan darah AB dapat menjadi donor hanya untuk golongan darah yang sama. Golongan darah A dan B dapat menjadi penerima sumbangan dari golongan darah O dan dari golongan darah sejenis dan dapat menjadi donor untuk golongan AB dan golongan sejenis (Jusuf, 2001).
Dari penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa sangat penting mengenal golongan darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A. Jika antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan darah O.
Menurut Suryo (1984), menurunnya alel-alel ganda dapat diikuti dari beberapa contoh perkawinan berikut ini:
1. Suami-istri masing-masing bergolongan darah O akan mempunyai keturunan bergolongan darah O saja.
2. Seorang laki-laki bergolongan darah A menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah O. Kemungkinan keturunannya, 50 % bergolongan darah A dan 50 % bergolongan darah O.
3. Seorang laki-laki bergolongan darah B menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah B pula. Kemungkinan keturunannya, 75 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.
4. Pria bergolongan darah B menikah dengan wanita bergolongan darah A. Kemungkinan keturunannya, 25 % bergolongan darah AB dan 25 % bergolongan darah A, 25 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Golongan darah manusia merupakan salah satu sifat keturunan yang ditentukan oleh alel ganda. Genotipe golongan darah A adalah IA IA dan IA Ii, genotipe golongan darah B adalah IB IB dan IB Ii, genotipe golongan darah AB adalah IA IB dan genotipe golongan darah O adalah ii.
2. Persentase golongan darah yang diperoleh adalah sebagai berikut:
· Golongan darah A = 36%
· Golongan darah B = 34 %
· Golongan darah AB = 0
· Golongan darah O = 30%
B. Saran
a. Laboratorium
Hendaknya laboran terus membenahi alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Kelengkapan alat sangat membantu praktikum berjalan lancar.
b. Asiasten
Hendaknya asisten dapat membimbing praktikan dengan lebih baik lagi agar praktikan dapat lebih terfokus dan mengerti mengenai hal-hal yang dipraktikumkan.
c. Praktikan
Para praktikan hendaknya mengikuti praktikum dengan baik agar segala hal yang menjadi tujuan praktikum dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Genetika. http: //wiki/genetika/or.id. Diakses Rabu, 04 November 2009
Corebima, AD. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Hartati. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Jusuf, Muhammad. 2001. Genetika I. Jakarta: CV. INFOMEDIKA.
Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wulangi, Kartolo. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.